- Sebuah percakapan pendek antara temanku dan aku dalam perjalanan pulang ketika itu…
- A: “Kamu tahu nggak, dia cerita sama aku. Katanya dia mau bilang tentang perasaan dia ke kamu. Dia bilang kalau dia bakal janji jaga hati dia buat kamu. So sweet banget ya dia.” Kataku pada temanku dengan penuh semangat.
- B: “Hmmm…” Wajahnya memerah seketika lalu tersenyum manis.
- A: “Apa yang akan kamu katakan jika ia mengatakan perasaannya padamu?” Tanyaku penasaran
- B: “Aku berharap dia tidak mengatakannya pun tidak mengatakan berjanji menjaga hatinya untukku.” Katanya sambil menundukkan kepala.
- A: “Aku memahami itu, bisa kamu beri alasanmu padaku?”
- B: “Kalau dia justru bilang gitu, dia malah buat hati aku nantinya sesak dear.” Jelasnya padaku. “Lantas jika dia telah berkata itu padaku, apa yang ia harapkan? Jika aku pun menyimpan perasaan untuknya. Apa yang akan dia lakukan? Berjanji untuk menjaga hati ini untuknya? Memintaku menunggu tanpa kejelasan?” Tambahnya menjelaskan penuh tanya.
- A: “Kamu benar…” Aku pun menganggukkan kepala seraya menyetujui alasannya.
- B: “Sungguh itu nggak akan mengubah sesuatu apa pun, karena kita bahkan nggak tahu kapan Allah memanggil kita. Boleh jadi dia berjanji hari ini seperti itu, tapi hati manusia siapa yang tahu. Bisa berbolak-balik. Usia manusia siapa yang tahu. Sebagai contoh, aku janji sama kamu 2 tahun lagi aku bakal kerumah kamu, tapi Allah ternyata berkehendak aku bertemu denganNya lebih dulu. Aku apa daya? Lantas janji itu Tuhan akan tanyakan. Aku bisa apa?” Tanyanya. “Kalau dia bersungguh-sungguh, dia nggak akan mengatakan itu tanpa memastikan dear. Nggak akan menjanjikan banyak hal hanya dengan kata-kata semata. Ini untuk kebaikan dia juga. Sampaikan padanya, temui saja kedua orangtuaku jika ia telah siap.” Jawabnya memastikan…
- A: “Iya dear…” Jawabku singkat seraya menyetujui ucapannya…
- Bogor, 8 Juli 2015
- Fikratus Sofa Muzakkiya
Blogroll
Wednesday, 8 July 2015
Cerpen: Tentang Mengungkapkan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment