“Allah, selalu kuatkan aku dengan sejuta kesabaran serta keikhlasan-Mu.
Allah, jika imanku lemah, isi dengan kekuatan-kekuatan cinta-Mu.
Aku tak mau jika cinta-Mu tergeser hanya dengan sesuatu yang belum tentu Kau meridhoinya..”
Sepagi ini aku sudah sibuk mengumpulkan retakan-retakan waru berwarna merah marun yang berserakan diatas tempat tidurku. Rasanya, baru kemarin aku kehilangan sepotong hatiku. Apakah sisanya akan ikut hancur? Pecah?
Allah, aku tak pernah tahu mengapa aku meninggalkan sepotong hatiku kepadanya, meski dia mungkin tak pernah ingin menggenggamnya. Tapi, aku tahu persis mengapa pagi ini sisa separuh hatiku berserakan kemana-mana.
Ya Allah, bolehkah aku sakit hati? bolehkan aku kecewa? Bolehkan aku menangis tergugu penuh harapan? Ingin memilikinya sekalipun? Asal tak berlebihan. Tidak melanggar kaidahmu. Hanya menyimpan dalam diam. Diam penuh kesenyapan. Asal cinta itu akan membawaku ke arah cinta kepada-Mu?
Seorang penyair pernah berkata bahwa cinta sejati itu adalah melepaskan. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan lepas. Dilepas dengan penuh kegembiraan.
Protes? Tentu, tentu aku protes dengan pernyataan itu.
Tapi, dengan aku menyadari bahwa sebenarnya inilah rumus terbalik yang tak pernah dipahami oleh para pencinta, aku menjadi melapangkan hati, bersedia andil dalam pernyataan itu dengan senyum merekah dibibir.
Aku tahu, dengan keikhlasan dan kesabaran juga ketegasan melepaskannya, suatu saat nanti jika memang dia adalah jodoh yang dipilihkan Allah untukku, serta cinta sejati dunia pun akhiratku, aku yakin pasti Allah akan mempertemukan aku dengannya melalui cara yang luar biasa. mengingat Allah yang Maha Luar Biasa dengan segala rencana-Nya.
Meskipun toh dia memang kenyataannya tak pernah datang di kehidupanku, sesederhana mengerti tentang pemahaman bahwa dia bukan cinta sejatiku. Memahami bahwa ada cinta yang lebih luar biasa yang sengaja disiapkan spesial untukku.
Aku tahu, kisah-kisah cinta di novel-novel, di hikayat-hikayat, di cerpen-cerpen ataupun di sinetron-sinetron pasti ada penulisnya. Dan, kisah cintaku sendiri penulisnya adalah Allah. Penulis terhebat dimuka bumi, penulis termasyhur seantero jagad raya. Maka sekali lagi, aku yakin kisahnya akan selalu hebat. Dan akan selalu paling hebat.
Mimpiku masih banyak yang belum terwujud, banyak sekali. Keinginan-keinginaku masih tertata rapi belum tersentuh sama sekali. Aku masih memperbaiki diri. Memantaskan diri. Aku masih sibuk dengan belajar, masih sangat sibuk dengan berbagai kegiatan yang lebih bermanfaat. Aku juga masih ingin terus mendekati Allah, pemilik langit, bumi, dia, dan semua isi didalamnya. Tak salah bukan jika nanti aku sudah terlalu dekat dengan-Nya, dengan cinta-Nya, bisa mendapatkan apa yang kunginkan dari-Nya? Sekalipun itu langit yang dihias pelangi setelah hujan? Apalagi hanya dirinya?
Yang pasti, aku harus bisa mengendalikan diri dengan keinginan-keinginan untuk mengharapkannya. Dengan begitu, aku akan menerima segala bentuk kerelaan dan kehilangan atas semua yang berada pada dirinya. Menerima segala konsekuensi dengan kesiapan. Siap, sesiap-siapnya.
Jika memang Allah menakdirkan gadis yang dia tulis pada halaman maya pagi ini untuknya, maka..
Barakallahu lakumaa wabarakah, alaikuma, wajama’a baina kumaa fii khaiir..
Semoga Allah meridhoi kalian…
InshaaAllah, Nai ikhlas :’)
nailymakarima