Blogroll

Monday, 27 July 2015

IBARAT




Kalo kamu ketemu cewek muslim, terus kamu nanya “Kenapa belum menutup aurat?” dan dia bilang “Belum siap, akhlaqnya belum bener”

itu IBARAT kamu nanya

“Kenapa ga baca quran?” dan dijawab “Belum siap, belum bisa tilawah indah dan belum hapal 30 juz”

atau IBARAT kamu nanya

“Kenapa ga salat?” dan dijawab “Belum siap, masih belum bisa salat khusyu ampe nangis-nangis”

atau IBARAT kamu nanya

“Kenapa ga sedekah?” dan dijawab “Belum siap, belum punya perusahaan sendiri dan gaji puluhan juta”

atau IBARAT kamu nanya

“kenapa ga puasa?” dan dijawab “Belum siap, belum bisa puasa senin kamis, daud dan puasa lainnya”
——-

Tuhan memerintahkan kita untuk beribadah, dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan ibadah. Dan untuk mencapainya, perlu proses, dari yang kecil untuk menjadi luar biasa.

Yang puasa sunahnya rajin juga waktu dulunya pernah tidak tamat 30 hari puasa ramadhan.

Yang sedekahnya besar juga waktu dulu sedekahnya dari receh-receh di sakunya.

Yang salatnya khusyu juga waktu dulu pernah ga hapal bacaan salat.

Yang tilawahnya bagus dan hapal 30 juz juga waktu dulunya juga belajar iqro jilid 1

Maka yang akhlaqnya bener juga, bisa dimulai dari mengerjakan sesuatu yang kecil.

Coba, lirik sehelai kain itu, yakinkan hati,  jika sudah yakin, kau gunakan tuk menutup apa yang memang berharga untukmu. Kalau belum yakin, biar kami saja yang pakai, namun sayang, kami laki-laki tak diperintahkan memakai hijab, karena perintah ini spesial, perintah dari tuhan ini hanya untuk kamu, para wanita wanita muslim, yang akan tuhan bukakan pintu syurganya :)


 via choqi-isyraq

Thursday, 23 July 2015

Untukmu, kaum Adam!


Aku cuek?
Ini caraku menjaga hati
Aku sombong?
Itu bukan sombong..hanya tak ingin berlebihan dalam berinteraksi dgn lelaki
Aku gak gaul?
Dirumah aku sudah mendapatkan banyak perhatian, mengapa aku harus berlebih-lebihan didepan umum?
Aku sulit diajak bicara?
Masa sih?
Karena lelaki yang baik menggunakan cara yg anggun untuk berbicara dengan perempuan.
Aku gak mau diajak pacaran?
Itulah aku! Kehormatanku tidak mau kuumbar dan kujual hanya demi lelaki yg belum halal untukku!
Aku ketinggalan jaman?
Aku tidak peduli!
Aku tidak takut jika orang-orang meninggalkanku. Aku takut jika Allah berpaling dariku dan meninggalkanku.
Aku sok alim?
Lho! Karena aku bangga sebagai seorang muslimah! Masalah buat kamu? Hidupku bukan untuk menyenangkan hatimu!
Terserah orang mau berkata apa. Aku seperti ini karena aku tahu bahwa Allah sudah memuliakan perempuan dengan cara yg indah. Karena agamaku punya cara sendiri untuk meninggikan martabat perempuan.
Jika kamu tidak suka cara dan sikapku, silahkan pergi dari aku. Lelaki yang baik pasti akan mengerti maksudku.
Dan aku hanya ingin taat kepada Pemilik Hatiku, Allah.
Jika yakin akan janji Allah, mengapa harus gelisah?
Yang perlu kulakukan hanya taat.
Dan kamu, hai lelaki, aku tak meminta pengertianmu, pun tidak mengemis perhatianmu, aku hanya ingin kau menghormati aku dan kaum hawa yang lain, bahwa kami sedang menjaga diri dan menjaga hati.
Terimakasih.
Dan untuk seseorang disana.. yg namanya sudah tertulis untukku.. jaga diri baik-baik, aku pun disini sedang menjaga, insyaallah.
Minta selalu kepada Allah Sang Pemilik Hati. Sampai bertemu suatu saat nanti, insyaallah. Aku ada, insyaallah.
Nur Anisa
19 Juli 2015

Wednesday, 8 July 2015

Memperjuangkan Seseorang


Memperjuangkan seseorang itu bukan sekedar memperjuangkan hatinya, tetapi lebih dari itu. 
Memperjuangkan seseorang itu, tentang mengusahakan sesuatu yang lebih dalam. Memperjuangkan seseorang itu, tentang mengusahakan kebersamaan di dunia, serta kehidupan setelahnya agar jadi nyata. 
Ia adalah tentang kesediaan mengambil tanggung jawab, serta kelapangan pada senyum yang hangat dalam mengingatkan yang baik.
Memperjuangkan seseorang itu, adalah upaya. Upaya yang sungguh untuk mendewasa. Tanpa lupa menertawakan hal-hal kecil yang konyol serta bodoh. Sebab tawa adalah perekat. Ia sebagian dari sejuta macam cara untuk saling menemukan hati satu sama lain dalam rasa masing-masing. 
Memperjuangkan seseorang adalah tentang dada yang luas dalam meminta maaf, dalam pernyataan yang jujur atas ketidak mampuan akan sesuatu. Dan memperjuangkan seseorang, adalah juga tentang menerima keadaan satu sama lain. Dengan penuturan yang tulus. Dengan menyeka air mata yang meleleh. Untuk kemudian membesarkan hatinya, bahwa kita akan tumbuh dan melangkah bersama. Dengan menggenggam erat syukur dan sabar. Atas apapun. Hari ini, esok, ataupun nanti.
Achmad Lutfi
Wolfsburg, 07.06.2015

Dengan apa kita saingi mereka?


Oleh : Irsyad Syafar
Betapa beruntungnya orang-orang yang tinggal di sekitar Masjid Nabawi. Setiap waktu shalat, mereka bisa shalat berjamaah di masjid tersebut. Satu kali shalat saja mereka
berjamaah di situ, lebih baik
dari 1000 shalat di tempat lain, kecuali Masjidil Haram tentunya. Kita butuh shalat berjamaah tiada putus selama 200 hari atau enam setengah bulan lebih untuk menyamai pahala satu kali shalat mereka tersebut.
Rasulullah saw bersabda:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻳُﺤَﺪِّﺙُ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ -
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ -ﻢﻠﺳﻭ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﺻَﻼَﺓٌ
ﻓِﻰ ﻣَﺴْﺠِﺪِﻯ ﻫَﺬَﺍ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺻَﻼَﺓٍ
- ﺃَﻭْ ﻛَﺄَﻟْﻒِ ﺻَﻼَﺓٍ - ﻓِﻴﻤَﺎ ﺳِﻮَﺍﻩُ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪِ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪَ .»
ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡَ
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat - atau seperti seribu shalat – di masjid- masjid tempat lain, kecuali Masjidil Haram.” (HR.
Muslim)
Kemudian mereka datang shalat ke masjid nabawi dengan berjalan kaki. Karena akses mobil tidak ada ke depan pintu masjid. Rata rata mereka berjalan kaki setiap kali shalat tidak kurang dari 500 - 1000 langkah pergi dan 500 - 1000 langkah pulang. Ada yang lebih dari itu, bisa mencapai 2000 langkah. Maka sebanyak langkah kaki mereka itu, salah satunya Allah angkatkan derjat dan yang lainnya Allah hapuskan dosa mereka. Itu baru satu kali shalat. Bila 5 kali shalat tentunya angkanya akan berlipat ganda.Kalikanlah dalam sepekan atau sebulan.
Rasulullah saw bersabda:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ -ﻢﻠﺳﻭ ‏« ﻣَﻦْ ﺗَﻄَﻬَّﺮَ
ﻓِﻰ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﺛُﻢَّ ﻣَﺸَﻰ ﺇِﻟَﻰ ﺑَﻴْﺖٍ ﻣِﻦْ
ﺑُﻴُﻮﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟِﻴَﻘْﻀِﻰَ ﻓَﺮِﻳﻀَﺔً ﻣِﻦْ ﻓَﺮَﺍﺋِﺾِ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺧَﻄْﻮَﺗَﺎﻩُ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻤَﺎ ﺗَﺤُﻂُّ
ﺧَﻄِﻴﺌَﺔً ﻭَﺍﻷُﺧْﺮَﻯ .ًﺔَﺟَﺭَﺩ ُﻊَﻓْﺮَﺗ ‏( )ﻣﺴﻠﻢ
ﺭﻭﺍﻩ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah saw: “Barang siapa yang berwudhuk di rumahnya, kemudian ia berjalan ke salah satu rumah Allah untuk menunaikan shalat fardhu, maka langkah kedua kakinya, salah satu menghapuskan dosa dan yang lain menaikkan derjat.” (HR Ibnu hibban di
shahihkan oleh Albany).
Lalu mereka juga sangat sering mendapatkan shalat jenazah setiap kali shalat berjamaah.
Bahkan kadang lebih dari satu jenazah dalam satu kali shalat. Maka mereka mendapatkan pahala sebesar bukit uhud setiap kali menshalatkan jenazah. Bila tiap hari sampai 3 – 5 kali shalat jenazah, tentu pahala dalam sebulan dan setahun juga tidak terhingga.
Rasulullah saw bersabda:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ -ﻢﻠﺳﻭ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻰ
ﺟَﻨَﺎﺯَﺓٍ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘْﺒَﻌْﻬَﺎ ﻓَﻠَﻪُ ﻗِﻴﺮَﺍﻁٌ ﻓَﺈِﻥْ
ﺗَﺒِﻌَﻬَﺎ ﻓَﻠَﻪُ ﻗِﻴﺮَﺍﻃَﺎﻥِ ‏». ﻗِﻴﻞَ ﻭَﻣَﺎ
ﺍﻟْﻘِﻴﺮَﺍﻃَﺎﻥِ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﺃَﺻْﻐَﺮُﻫُﻤَﺎ ﻣِﺜْﻞُ ﺃُﺣُﺪٍ
‏» . ‏(ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ )
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw, bersabda: “Barang siapa yang menshalatkan jenazah dan tidak mengantarkannya (ke kuburan), maka ia mendapat satu qiirath. Jika ia ikut mengantarkan jenazah tersebut, maka ia mendapat 2 qiirath. Ditanyakan kepada Rasulullah: “Apa itu 2 qiirath?”. Rasulullah menjawab: “Qirath yang paling kecil itu seperti bukit uhud”. (HR Muslim)
Kemudian bila mereka shalat di Masjid Nabawi, mereka juga berkesempatan untuk shalat atau berdoa di salah satu taman- taman sorga, yaitu tempat yang bernama raudhah. Tempat antara rumah (kubur) Rasulullah saw dengan mimbar Beliau.
Rasululllah telah bersabda:
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑْﻦِ ﺯَﻳْﺪٍ ﺍﻟْﻤَﺎﺯِﻧِﻲِّ ، ﺭَﺿِﻲَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ، ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺑَﻴْﺘِﻲ
ﻭَﻣِﻨْﺒَﺮِﻱ ﺭَﻭْﺿَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺭِﻳَﺎﺽِ .ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ‏(ﺭﻭﺍﻩ
ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ )
Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Al Mazinni ra, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Antara rumahku dan mimbarku adalah satu taman dari taman-taman sorga.” (HR Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi, menyebutkan dalam keterangannya terhadap hadits ini bahwa shalat atau ibadah di tempat tersebut dapat mengantarkan ke sorga. Pernyataan Imam Nawawi ini tentunya dengan makna yang lebih khusus, sebab semua ibadah pastilah mengantarkan ke sorga. Pengkhususan raudhah oleh Rasulullah saw tentunya mengandung makna kemuliaan dan keagungan. Bila setiap hari fasilitas ini dapat dinikmati sekali saja dari lima waktu shalat, tentunya kemulian semakin banyak bila berlangsung rutin sepanjang bulan dan tahun.
Disamping itu mereka bisa juga setiap waktu shalat menziarahi kubur Rasululllah saw dan dua sahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta juga bisa langsung mengucapkan salam kepada Rasulullah dan kedua manusia
mulia tersebut.
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ -ﻢﻠﺳﻭ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ
ﻳُﺴَﻠِّﻢُ ﻋَﻠَﻰَّ ﺇِﻻَّ ﺭَﺩَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰَّ ﺭُﻭﺣِﻰ
ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺭُﺩَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡَ ‏(ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ
ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ )
Artinya: Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasululllah saw telah bersabda: “Tidak ada seorangpun mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah akan mengembalikan ruhku , sehingga aku membalas salamnya.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Syekh Albany).
Hadits ini berlaku bagi semua yang mengucapkan salam kepada Rasulullah saw di mana saja berada. Namun menyampaikan dan mengucapkan salam langsung di depan kuburan Beliau tentu menjadi suasana dan nuansa lain. 
Disamping keutamaan di atas, masih banyak lagi sampingan-sampingan amal shaleh yang bisa diraih.
Sebelum memasuki pagar Masjid Nabawi, banyak orang yang menjual mushaf Al Quran waqaf. Ada yang harga 20 real dan ada yang 40 real. Silakan beli mushaf tersebut, lalu akan diberi stempel waqaf lillah. Lalu letakkanlah mushaf itu di dalam rak Al Quran di Masjid Nabawi. Sepanjang tahun jutaan orang yang umrah dan haji akan membaca mushaf waqaf tersebut. Maka pahalanya akan mengalir tak pernah henti. Begitu banyaknya kemulian yang Allah berikan bagi orang yang ada disekitar Masjid Nabawi. Tak mudah menyainginya. Apalagi kalau yang berada dekat dengan Masjidil Haram. Shalat di sana lebih baik atau sama dengan 100.000 shalat di tempat lain. Untuk mengimbangi satu kali shalat berjamaah saja butuh 20.000 hari shalat berjamaah di tempat lain atau 54 tahun lebih. Bagaimana untuk menyaingi sepekan shalat mereka? Mereka bisa thawaf tiap hari, berdoa di multazam, shalat di belakang maqam Ibrahim dan di dalam hijir Ismail dan lain sebagainya. Maka tidak ada pilihan bagi kita yang berada jauh dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kita harus melipatgandakan amal shaleh kita. Menjaga shalat berjamaah di masjid, memperbanyak ibadah sunnah, berinfaq, peduli kepada sesama, giat melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, dan memperbanyak taubat serta meminimalisir dosa dan maksiat. Bila tidak, dengan apa akan kita saingi mereka untuk meraih sorga Allah? Wallahu A’laa wa A’lam…

Kritik dan Baik Sangka


(1) Kita tidak bisa membaca hati manusia, apalagi hanya dari dunia maya.
(2) Belum tentu orang yang menuliskan rutinitas amalnya adalah riya’. Bisa jadi ia berniat menyemangati kawannya.
(3) Belum tentu orang yang mengabarkan rizqi yang diterimanya adalah berbangga-bangga dengan harta. Bisa jadi, ia ingin mensyiarkan syukur atas karunia-Nya.
(4) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.
(5) Mereka yang menuliskan pengalamannya di socialmedia, belum tentu ingin menjadi selebritis dunia maya. Bisa jadi ada inspirasi yang hendak dibagikannya.
(6) Mereka yang mengabarkan sedang mengisi kultum entah di mana, belum tentu ingin dipuji amal dakwahnya. Bisa jadi ia ingin memberi harapan pada rekannya, bahwa di sana dakwah masih menyala.
(7) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.
(8) Mereka yang menyampaikan secuplik ilmu yang diketahuinya, belum tentu ingin diakui banyak ilmunya. Bisa jadi ia terpanggil untuk menyampaikan sedikit yang ia punya.
(9) Mereka yang gemar mengkritisi kekeliruan yang dilihatnya, belum tentu merasa dirinya paling benar sedunia. Bisa jadi, itu karena ia sungguh mencintai saudaranya.
(10) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.
(11) Mereka yang gemar menuliskan apapun yang dipikirkannya, belum tentu ingin diakui sebagai perenung berwibawa. Bisa jadi, ia adalah pelupa, dan mudah ingat dengan membagikannya.
(12) Mereka yang selalu merespon apa yang dilihatnya, belum tentu ingin eksis di dunia maya. Bisa jadi ia memang senang berbagi yang dia punya.
(13) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.
(14) Tapi baik sangka, tak berarti membiarkan kawan-kawan melakukan sesuatu yang nampak keliru di mata kita.
(15) Baik sangka, harus disertai dengan saling mengingatkan agar tidak tergelincir niatnya, agar tidak terhapus pahala amalnya.
(16) Isi hati adalah misteri. Namun apa yang nampak keliru di mata kita, di situlah tugas kia untuk meluruskannya.
(17) Baik sangka itu menentramkan.
Namun, saling mengingatkan juga
merupakan kebutuhan.
(18) Baik sangka itu indah, tapi bukan
berarti membiarkan saudara terlihat
salah.
(19) Baik sangka, dan nasihat-nasihati adalah kewajiban sesama muslim.
(20) Semoga kita bisa senantiasa belajar bersama.
Mari berbaik sangka

pursof 

Quranmu Cermin Hatimu


Kualitas AlQur'an kita, baik kualitas hafalan ataupun frekuensi interaksi kita dengan Al-Qur'an bisa menjadi cermin atas kondisi hati kita.
Sebagaimana yang sahabat Utsman bin Affan R.A katakan, “Jika hati kalian bersih niscaya kalian tidak akan pernah bosan membaca Al-Qur'an.“
Ketika hafalan tak terjaga, bisa jadi demikian juga dengan hati kita yang tak terjaga.
Saat sedikit sekali waktu yang tersempatkan untuk AlQur'an, bisa jadi demikian juga dengan hati kita, barangkali ia juga tak sempat mengingat Allah.
Maka periksa seberapa dekat interaksi kita dengan Al-Qur'an hari ini.
Periksa juga kualitas ayat, surat, juz yang telah dihafal.
Periksa berapa kali hafalan kita tergelincir, salah tempat, serta hitung berapa kali kesalahan dari ayat-ayat yang telah terlupa.
Jika banyak salah dan lupanya, tentu ada yang salah dengan hati kita.

[Renungan] #Syukur


Mari mulai pagi ini dengan bersyukur kepada Tuhan kita dengan lisan kita dan seluruh perasaan kita.
Ada orang merasa miskin ketika tabungannya dibawah 1 Milyar, tapi ada orang yang merasa kaya hanya karena tabungannya melewati angka 10 juta.
Ada orang yang masih merasa susah, padahal gajinya di atas 20 juta, tapi ada yang merasa bahagia hanya karena gajinya naik 45 ribu saja.

Ada orang yang merasa bajunya itu-itu saja, padahal koleksi baju di lemarinya lebih dari 70, sementara ada yg merasa ingin berbagi baju dengan yang lain, padahal koleksinya hanya 8 baju.
Ada orang yang tidak berbagi karena merasa semua kekayaannya adalah jerih payahnya, sementara ada tukang becak yang mem-free-kan ongkos setiap Jum’at.
Ada orang yang tidak pernah merasa cukup dengan satu rumah tinggal dan satu lagi rumah untuk istirahat akhir pekan, sementara ada yang bahagia dan merasa nyaman saat mampu membayar kontrakannya bulan itu.
Ada orang resah ketika nilai harga saham yang dia pegang turun 1%, sementara ada yang bahagia ketika yang didapat hari ini cukup untuk dagang besok.

Ada orang bermobil seharga ratusan juta berqurban kambing seharga 2 juta, ada orang berhonda Supra X berqurban kambing 3,6 juta..
Sebenarnya tidak harus selalu dipertentangkan, karena ada pula orang mampu yang pandai bersyukur dan orang miskin yang kufur nikmat.
#Syukur adalah pekerjaan hati, dilanjutan lisan dan amalan pembuktian. Semua orang bisa bersyukur, bisa pula kufur nikmat, tapi alangkah indahnya jika si kaya pandai bersyukur dan si miskin juga pandai bersyukur dengan caranya masing-masing.

Semua agama pasti mengajarkan semua pemeluknya untuk selalu bersyukur kepada Tuhan dan semua agama membenci kekikiran, saya yakin itu.
Kata Gandi, dunia ini cukup untuk semua orang, tapi tak cukup untuk satu orang rakus. Itu semua tentang syukur dan berbagi.

Dalam Islam diajarkan do’a,” Allohumma a-inna ‘ala dzikrika, wa syukrika wa husni ‘ibadatika”, dibaca setiap selesai sholat, 5 kali sehari seharusnya. Artinya, “Ya Allah bantulah aku dalam mengingat-Mu, bantulah untuk mampu bersyukur atas semua nikmat-Mu, dan bantu dalam memperbaiki ibadah kami kepada-Mu”
Selamat menjadi hamba yang pandai bersyukur, berbahagialah saat mampu membahagiakan orang lain.

-Pak Banu Muhammad-


Cerpen: Indah itu Bernama Berjama’ah


Pada hari itu, aku bersama sahabat-sahabatku telah bersepakat untuk mengadakan buka bersama sekaligus bersilaturahmi sebelumnya kerumah salah satu sahabat kami yang baru saja melahirkan seorang putri cantik. Dari sahabat kami yang satu ini kami pun banyak belajar banyak hal tentang bagaimana luar biasanya perjuangan mengandung serta melahirkan. Hatiku pun tak berhenti mengucap mashaAllah subhanAllah ketika setiap tuturannya begitu membuat aku terkagum padanya, terlebih aku terkagum pada ibuku. Tak kuasa membayangkan bagaimana ibuku dulu melahirkan aku kedunia ini.
Tak habis sampai disitu, ternyata waktu telah menunjukan pukul 17.00, artinya kami pun harus segera pamit untuk bersegera bersiap mencari tempat untuk berbuka. Setibanya ditempat yang kami tuju, kami tidak mendapati tempat untuk berbuka. Karena beberapa dari pengunjung sudah lebih awal membooking tempat. Wajar saja, selama bulan ramadhan setiap tempat ramai. Akhirnya kami pun memutuskan untuk membeli teh gelas karena nampaknya adzan akan segera tiba, kami pun bersegera menuju mesjid terdekat di salah satu wilayah tersebut. Setibanya disana, kami berkesempatan mendengarkan sedikit kultum dari ustadz yang akan meng-imami kami sholat nantinya. Sampai pada waktu adzan tiba, Alhamdulillah kami mendapatkan ta’jil yang sudah disiapkan oleh panitia mesjid. Bersyukur sekali kami pada waktu itu, meski pun diluar rencana untuk berbuka di mesjid. Kami pun bergegas berwudhu dan sholat. Hikmah indah itu bernama jama’ah, kali ini kami berkesempatan sholat maghrib di mesjid berjama’ah. Imam sholat kami kali itu begitu indah melantunkan ayat-ayat surat dalam Al-qur’an, membuat kami terhanyut kedalamnya.
Sampai akhirnya, kami pun bisa bersyukur bisa mendapatkan tempat kosong untuk makan makanan berat setelah usai shalat. Ketika itu hati kami pun tenang, karena kami telah shalat lebih dulu, sehingga tidak terburu-buru. Dan kenikmatan itu adalah ketika kami bisa berkumpul serta berkumpul kembali di ramadhan tahun ini. Selalu, kenikmatan itu bernama berjama’ah, indah itu bernama berjama’ah …
Ramadhan… Ramadhan.. Ku mohon jangan pergi…
Bogor, 7 Juli 2015
Fikratus Sofa Muzakkiya

Cerpen: Tentang Mengungkapkan


  • Sebuah percakapan pendek antara temanku dan aku dalam perjalanan pulang ketika itu…
  • A: “Kamu tahu nggak, dia cerita sama aku. Katanya dia mau bilang tentang perasaan dia ke kamu. Dia bilang kalau dia bakal janji jaga hati dia buat kamu. So sweet banget ya dia.” Kataku pada temanku dengan penuh semangat.
  • B: “Hmmm…” Wajahnya memerah seketika lalu tersenyum manis.
  • A: “Apa yang akan kamu katakan jika ia mengatakan perasaannya padamu?” Tanyaku penasaran
  • B: “Aku berharap dia tidak mengatakannya pun tidak mengatakan berjanji menjaga hatinya untukku.” Katanya sambil menundukkan kepala.
  • A: “Aku memahami itu, bisa kamu beri alasanmu padaku?”
  • B: “Kalau dia justru bilang gitu, dia malah buat hati aku nantinya sesak dear.” Jelasnya padaku. “Lantas jika dia telah berkata itu padaku, apa yang ia harapkan? Jika aku pun menyimpan perasaan untuknya. Apa yang akan dia lakukan? Berjanji untuk menjaga hati ini untuknya? Memintaku menunggu tanpa kejelasan?” Tambahnya menjelaskan penuh tanya.
  • A: “Kamu benar…” Aku pun menganggukkan kepala seraya menyetujui alasannya.
  • B: “Sungguh itu nggak akan mengubah sesuatu apa pun, karena kita bahkan nggak tahu kapan Allah memanggil kita. Boleh jadi dia berjanji hari ini seperti itu, tapi hati manusia siapa yang tahu. Bisa berbolak-balik. Usia manusia siapa yang tahu. Sebagai contoh, aku janji sama kamu 2 tahun lagi aku bakal kerumah kamu, tapi Allah ternyata berkehendak aku bertemu denganNya lebih dulu. Aku apa daya? Lantas janji itu Tuhan akan tanyakan. Aku bisa apa?” Tanyanya. “Kalau dia bersungguh-sungguh, dia nggak akan mengatakan itu tanpa memastikan dear. Nggak akan menjanjikan banyak hal hanya dengan kata-kata semata. Ini untuk kebaikan dia juga. Sampaikan padanya, temui saja kedua orangtuaku jika ia telah siap.” Jawabnya memastikan…
  • A: “Iya dear…” Jawabku singkat seraya menyetujui ucapannya…
  • Bogor, 8 Juli 2015
  • Fikratus Sofa Muzakkiya

Monday, 6 July 2015

Ramadhan #15 dan #16 : Lelaki dan Masjid


Tulisan kali ini adalah rangkuman tulisan perenungan dua hari perjalanan.
Saya seringkali bertemu dengan tulisan yang menyuruh-nyuruh lelaki untuk shalat di Masjid. Kalau tidak di Masjid, disebut sebagai lelaki solehah. Kalau tidak di Masjid, disebut tidak keren. Saya merenungkan seluruh nasihat yang baik itu berhari-hari demi menemukan sebuah titik sudut pandang terbaik untuk memahami sebuah proses yang sama sekali tidak sederhana. Saya menulis bukan untuk membuat sebuah pembelaan, tapi menghadirkan sebuah sudut pandang yang lain untuk menjadi jembatan saling memahami antara laki-laki dan perempuan.
Setiap hamba (dalam hal ini manusia) sedang menjalani sebuah proses yang sama sekali tidak sederhana. Kita tidak mampu melihat proses hidup orang lain, karena yang mampu kita lihat hanya sebatas jangkauan mata. Kita tidak bisa melihat proses hijrah seseorang, karena barangkali kita hanya baru mengenalnya dalam sedikit waktu.
Saya sebagai laki-laki pun merasakan hal demikian. Bahwa shalat di Masjid adalah sebuah hal yang berat. Dan saya mengakui bahwa untuk menanamaan itu menjadi sebuah kebiasaan bahkan menjadi kebutuhan benar-benar memerlukan usaha yang luar biasa. Jauh lebih luar biasa daripada perjalanan mendaki gunung. Mungkin, ini sama beratnya dengan perempuan yang sedang belajar memakai pakaian yang semakin menutup aurat.
Sebenarnya tugas kita ini amatlah sederhana. Yaitu saling mendukung dan mengingatkan, menyemangati satu sama lain untuk berproses ke arah yang lebih baik. Sayangnya, banyak sekali media propaganda yang justru membuat kita menjadi antipati untuk belajar. Atau menjadikan seseorang memiliki niat yang salah dalam melakukan ibadahnya.
Ini mirip dengan para pemuda yang hendak belajar tentang pernikahan, tapi justru mendapat olokan dari teman-teman sebayanya karena dianggap galau. Akhirnya, pemuda itu berhenti belajar karena malu. (Meski) kita memahami bahwa penilaian manusia ini tidak apa-apanya dibandingkan dengan penilaian Allah. Tidak semua manusia tahan terhadap ujian seperti itu. Tugas kita akan menjaga perasaannya dan mendukung, bukan sebaliknya.
Kembali ke topik laki-laki dan masjid. Adalah sebuah perjuangan besar untuk membuat laki-laki terikat hatinya dengan masjid. Saya merasakan dalam perjalanan 14 hari sepanjang ramadhan ini, saya merasakan Allah menolong saya untuk beribadah. Saya seringkali lupa untuk berdoa minta pertolongan kepada Allah agar saya dikuatkan dalam beribadah agar diiberikan kesempatan untuk melakukan ibadah yang lebih baik. Hasilnya, setengah ramadhan ini adalah hal yang luar biasa bagi saya. Karena memang benar-benar di luar kebiasaan.
Saya tidak berniat shalat di Masjid karena masih dalam perjalanan, tapi Allah mengatur dan mengkondisikan situasi dan kondisi saya waktu itu untuk bisa shalat di Masjid dan itu terjadi berkali-kali. Hasilnya, saya bisa shalat di masjid sepanjang waktu ketika dalam perjalanan.
Mungkin kita pernah merasa demikian, kita tidak berniat melakukan sebuah ibadah tapi Allah mengkondisikan situasi disekitar kita untuk membuat kita melakukan ibadah tersebut? Apapun bentuknya, entah itu sedekah, pergi ke pengajian, shalat berjamaah, dan lain-lain. Allah sedang menolong kita saat itu untuk melaksanakan ibadah dalam kondisi terbaik, bahkan saat kita tidak sedang berniat untuk seperti itu.
Lelaki dan masjid adalah hal yang luar biasa. Pun bagi saya sendiri, saya sebagai laki-laki pun sedang belajar untuk ke sana. 
Saya belajar memahami bagaimana proses masing-masing orang dan saya juga belajar untuk tidak menghakimi perjalanan yang sedang ditempuh oleh orang lain. Karena saya percaya bahwa setiap orang sedang berusaha keras untuk menjadi orang baik. Karena barangkali, laki-laki yang saat ini sedang banyak tidurnya tahun depan adalah laki-laki yang paling banyak terjaga di malam hari untuk bersujud. Saya selalu berupaya untuk berpikir positif terhadap orang lain, mendoakan mereka dan mendukung upayanya. Saya merasa tidak bisa sendirian berjalan ke arah itu, untuk itu dukungan dan doa adalah hal terbaik yang saya ingin dapatkan dari orang lain. Semoga dalam waktu dekat saya bisa mencapai titik tujuan itu.
Laki-laki dan perempuan, dalam hal hijrah ini memiliki poin-poin yang berbeda untuk diperbaiki. Mari saling mendukung, bukan saling meledek. Mari saling mendoakan, bukan saling menghakimi.
Sebuah pesan sederhana untuk para perempuan, bila nanti kalian memiliki laki-laki yang shalatnya tepat waktu dan rajin ke masjid. Bersyukurlah karena itu adalah laki-laki yang langka. Sungguh sangat langka. Sebagai laki-laki pun saya sangat iri dengan yang demikian. Kadang bertanya bagaimana caranya untuk menjadi seperti itu.
Pemahaman saya benar-benar melemparkan saya pada hakikat sebuah proses. Setiap proses memerlukan waktu. Dan saya memang harus bersabar menjalani proses ini dengan baik. Semoga suatu hari bisa sampai dengan kondisi terbaik, dimana ibadah bukan untuk keren-kerenan, bukan untuk tampil kelihatan baik, tapi benar-benar sebagai sebuah manifestasi rasa syukur yang terbaik kepada Allah yang Maha Kuasa.
ditulis di Bandung dan Kutoarjo, 2 dan 3 Juli 2015 | ©kurniawangunadi

Tulisan: Indah itu Bernama Berjama’ah


Pada hari itu, aku bersama sahabat-sahabatku telah bersepakat untuk mengadakan buka bersama sekaligus bersilaturahmi sebelumnya kerumah salah satu sahabat kami yang baru saja melahirkan seorang putri cantik. Dari sahabat kami yang satu ini kami pun banyak belajar banyak hal tentang bagaimana luar biasanya perjuangan mengandung serta melahirkan. Hatiku pun tak berhenti mengucap mashaAllah subhanAllah ketika setiap tuturannya begitu membuat aku terkagum padanya, terlebih aku terkagum pada ibuku. Tak kuasa membayangkan bagaimana ibuku dulu melahirkan aku kedunia ini.
Tak habis sampai disitu, ternyata waktu telah menunjukan pukul 17.00, artinya kami pun harus segera pamit untuk bersegera bersiap mencari tempat untuk berbuka. Setibanya ditempat yang kami tuju, kami tidak mendapati tempat untuk berbuka. Karena beberapa dari pengunjung sudah lebih awal membooking tempat. Wajar saja, selama bulan ramadhan setiap tempat ramai. Akhirnya kami pun memutuskan untuk membeli teh gelas karena nampaknya adzan akan segera tiba, kami pun bersegera menuju mesjid terdekat di salah satu wilayah tersebut. Setibanya disana, kami berkesempatan mendengarkan sedikit kultum dari ustadz yang akan meng-imami kami sholat nantinya. Sampai pada waktu adzan tiba, Alhamdulillah kami mendapatkan ta’jil yang sudah disiapkan oleh panitia mesjid. Bersyukur sekali kami pada waktu itu, meski pun diluar rencana untuk berbuka di mesjid. Kami pun bergegas berwudhu dan sholat. Hikmah indah itu bernama jama’ah, kali ini kami berkesempatan sholat maghrib di mesjid berjama’ah. Imam sholat kami kali itu begitu indah melantunkan ayat-ayat surat dalam Al-qur’an, membuat kami terhanyut kedalamnya.
Sampai akhirnya, kami pun bisa bersyukur bisa mendapatkan tempat kosong untuk makan makanan berat setelah usai shalat. Ketika itu hati kami pun tenang, karena kami telah shalat lebih dulu, sehingga tidak terburu-buru. Dan kenikmatan itu adalah ketika kami bisa berkumpul serta berkumpul kembali di ramadhan tahun ini. Selalu, kenikmatan itu bernama berjama’ah, indah itu bernama berjama’ah …
Ramadhan… Ramadhan.. Ku mohon jangan pergi…
Bogor, 7 Juli 2015
Fikratus Sofa Muzakkiya

Mengobati Kesedihan

Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat)
[QS. Al-Hijr: 97-98]
Allah mengetahui betapa sedihnya Rasulullah atas pendustaan yang ia terima, maka Allah memerintahkan Rasulullah untuk bertasbih dan memuji-Nya serta bersujud (shalat) untuk menghilangkan dan mengobati kesedihan tersebut.
Dalam tafsir al-wasith disebutkan: Maka selayaknya bagi seorang muslim jika ia ditimpa hal yang tidak ia senangi untuk bersegera kembali kepada Allah dengan berbagai macam keta'atan seperti shalat, tasbih tahmid dan ibadah lainnya.
‪Jangan bersedih :)

Via udashidiq

Saturday, 4 July 2015

When My Heart Began to Cry Out



“Allah, selalu kuatkan aku dengan sejuta kesabaran serta keikhlasan-Mu.
Allah, jika imanku lemah, isi dengan kekuatan-kekuatan cinta-Mu.
Aku tak mau jika cinta-Mu tergeser hanya dengan sesuatu yang belum tentu Kau meridhoinya..”
Sepagi ini aku sudah sibuk mengumpulkan retakan-retakan waru berwarna merah marun yang berserakan diatas tempat tidurku. Rasanya, baru kemarin aku kehilangan sepotong hatiku. Apakah sisanya akan ikut hancur? Pecah?

Allah, aku tak pernah tahu mengapa aku meninggalkan sepotong hatiku kepadanya, meski dia mungkin tak pernah ingin menggenggamnya. Tapi, aku tahu persis mengapa pagi ini sisa separuh hatiku berserakan kemana-mana. 
Ya Allah, bolehkah aku sakit hati? bolehkan aku kecewa? Bolehkan aku menangis tergugu penuh harapan? Ingin memilikinya sekalipun? Asal tak berlebihan. Tidak melanggar kaidahmu. Hanya menyimpan dalam diam. Diam penuh kesenyapan. Asal cinta itu akan membawaku ke arah cinta kepada-Mu?

Seorang penyair pernah berkata bahwa cinta sejati itu adalah melepaskan. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan lepas. Dilepas dengan penuh kegembiraan.
Protes? Tentu, tentu aku protes dengan pernyataan itu.
Tapi, dengan aku menyadari bahwa sebenarnya inilah rumus terbalik yang tak pernah dipahami oleh para pencinta, aku menjadi melapangkan hati, bersedia andil dalam pernyataan itu dengan senyum merekah dibibir. 

Aku tahu, dengan keikhlasan dan kesabaran juga ketegasan melepaskannya, suatu saat nanti jika memang dia adalah jodoh yang dipilihkan Allah untukku, serta cinta sejati dunia pun akhiratku, aku yakin pasti Allah akan mempertemukan aku dengannya melalui cara yang luar biasa. mengingat Allah yang Maha Luar Biasa dengan segala rencana-Nya.
Meskipun toh dia memang kenyataannya tak pernah datang di kehidupanku, sesederhana mengerti tentang pemahaman bahwa dia bukan cinta sejatiku. Memahami bahwa ada cinta yang lebih luar biasa yang sengaja disiapkan spesial untukku.

Aku tahu, kisah-kisah cinta di novel-novel, di hikayat-hikayat, di cerpen-cerpen ataupun di sinetron-sinetron pasti ada penulisnya. Dan, kisah cintaku sendiri penulisnya adalah Allah. Penulis terhebat dimuka bumi, penulis termasyhur seantero jagad raya. Maka sekali lagi, aku yakin kisahnya akan selalu hebat. Dan akan selalu paling hebat. 

Mimpiku masih banyak yang belum terwujud, banyak sekali. Keinginan-keinginaku masih tertata rapi belum tersentuh sama sekali. Aku masih memperbaiki diri. Memantaskan diri. Aku masih sibuk dengan belajar, masih sangat sibuk dengan berbagai kegiatan yang lebih bermanfaat. Aku juga masih ingin terus mendekati Allah, pemilik langit, bumi, dia, dan semua isi didalamnya. Tak salah bukan jika nanti aku sudah terlalu dekat dengan-Nya, dengan cinta-Nya, bisa mendapatkan apa yang kunginkan dari-Nya? Sekalipun itu langit yang dihias pelangi setelah hujan? Apalagi hanya dirinya? 
Yang pasti, aku harus bisa mengendalikan diri dengan keinginan-keinginan untuk mengharapkannya. Dengan begitu, aku akan menerima segala bentuk kerelaan dan kehilangan atas semua yang berada pada dirinya. Menerima segala konsekuensi dengan kesiapan. Siap, sesiap-siapnya.
Jika memang Allah menakdirkan gadis yang dia tulis pada halaman maya pagi ini untuknya, maka..

Barakallahu lakumaa wabarakah, alaikuma, wajama’a baina kumaa fii khaiir..
Semoga Allah meridhoi kalian…
InshaaAllah, Nai ikhlas :’)

nailymakarima 

Tidak Akan Pernah Ada Alasan


Sudah mulai capek ya? Sudah lelah?
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan hebat bisa berkarya, bisa berpartisipasi, bisa menyumbangkan sesuatu yang insyaaAllah bermanfaat untuk orang lain.
Kesulitan ya? Gagal terus?
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan untuk banyak-banyak belajar, banyak-banyak berpikir, dan masih diberi kekuatan untuk terus mencoba.
Duh, sakit ya?
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan untuk hidup. Anggota badan masih utuh semua. Masih bisa membeli obat. Masih ada yang memperhatikan. Bahkan, sakit bisa jadi pahala-pahala kebaikan ketika bisa bersabar dan tidak mengeluh.
Tidak ada yang memuji?
Alhamdulillah, Allah masih menjauhkan dari sifat buruk, sifat sombong yang menyokol dihati.
Tidak ada yang membantu pun menolong?
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan untuk selalu mengingat-Nya, memohon kepada-Nya. Bukankah sebaik-baik tempat mengadu dan meminta pertolongan adalah hanya Allah?
Merasa paling sudah? Paling sedih? Paling tidak beruntung?
Malu tuh sama orang-orang yang belum beruntung. Malu sama orang yang masih susah.
BAHWA SESUNGGUHNYA TIDAK PERNAH ADA ALASAN UNTUK TIDAK BERSYUKUR. TIDAK AKAN PERNAH.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya Azab-Ku sangat pedih’.” (QS. 14:7)
Mari tersenyum dengan penuh semangat, berkarya, bermimpi dan akan selalu berusaha memperbaiki diri. :)

nailymakarima

Friday, 3 July 2015

MUSLIMAH YANG BAIK ADALAH MUSLIMAH YANG BERHIJAB

Duh, Nai kok jadi sok agamis gini ya?”
FYI, bukan sok agamis, nggak ada niatan nge-judge, bukan untuk ngasih tausiyah juga buat temen-temen yang belum memakai hijab. Sekedar share saja dari referensi-referensi yang saya dapat dari buku sama internet. 
Ada yang bilang “Hijabin hati dulu, baru fisiknya dihijabin”
Ga ada perintah Allah buat hijabin hati dulu, yang jelas hijabin fisik itu kewajiban. Right? 
“…..kenapa tidak kita ubah pradigmanya? Jilbabkan dulu kepala kita, sambil kita barengi dengan menambah ilmu. Setelah itu, perlahan semua sisi kehidupan kita akan mengikuti” -Oki Setiana Dewi-
Kenapa sih kita harus berhijab? Saya jelasin secara logika aja:
1. Menghindari kita dari maksiat. Pasti paham lah.
2. Melindungi kulit biar nggak item. Kalau nggak percaya dicoba aja deh.
3. Terlihat lebih cantik dan anggun. Nggak percaya juga? Buktikan dulu, lalu ditanyakan.
Alasan para muslimah yang tidak berhijab:
1. Masih nunggu hidayah dari Allah.
Jangan kuno-kuno banget please, zaman sekarang itu prinsipnya bukan menunggu. Ntar nggak kebagian lho. Prinsip zaman sekarang adalah prinsip ‘Jemput Bola’. Okesip!
2. Panas, ribet!
O em ji Hellaaawww, panasan neraka kan ya? hehehe.
3. Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka ‘ngerumpi’, sholat masih bolong-bolong, suka berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hati!
Wah wah, parah nih yang subhatnya bilang begini. Udah suka ngerumpi, sholatnya bolong-bolong, nggak berhijab lagi. Malah lebih parah kan? Ayo benahin diri dari sekarang.
Jangan terlalu banyak alasan ya..
Oh iya, ada yang tahu hubungan hijab dengan ayah kita?

Ayah, ayah yang akan menanggung dosa 4 orang perempuan di sekitarnya: istrinya, ibunya, anak perempuannya (kita) dan saudara perempuannya. Itu aja kalau masing-masing variabel cuma terdiri dari satu orang. Tapi, gimana kalau ayah punya 2 istri, 1 ibu, 5 anak perempuan dan 5 saudara perempuan? Berapa orang perempuan yang akan ditanggung dosanya oleh ayah? Renungkan lagi ya..
Lalu, bagaimana cara berhijab yang baik?
Dizaman modern ini, sudah banyak wanita muslimah yang memakai hijab. Entah hanya mengikuti trend atau memang bener-bener sadar. Beruntunglah wanita yang hijabnya memang karena Allah Ta’ala. Tapi, saya suka sedih kalau ngeliatin cewek berhijab akan tetapi masih saja suka upload foto tanpa hijab di sosmed. Gimana.. gituuu, tapi masih mending ya daripada tidak sama sekali. Saya juga masih tahap belajar, saya sadar saya belum bener. Tapi kalau nunggu bener kayaknya gabakal bisa bener-bener banget ya? Secara tidak ada yang sempurna gitu didunia ini. Hehe.
Now, yuk kita checklist hijab yang bener:
1. Khimar (kain yang menutupi kepala) menutup dada, atau kita biasa menyebutnya kerudung. Banyak yang berhijab tapi hijab/jilbabnya nggak menutup dada, mungkin banyak yang nggak tau. Sekarang tau kan? Lalu harus tebal, misal pake kerudung paris yang sekiranya tipis ya di double. Menurut saya pribadi sih. Hehehe.
“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman,..dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,dan janganlah menampakkan auratnya..” (Q.S. An-Nur : 31)

Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,dan agar mereka tidak diganggu.” (Q.S Al-Ahzab : 59)
2. No punuk onta. Jadi tidak diperbolehkan memakai gaya dipakein punuk-punukan gitu (katanya biar modis) Padahal..
Ada dua golongan penghuni neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang selalu bersama cambuk bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya mereka memukul manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang. Mereka berjalan dengan melenggak-lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga & tidak mencium baunya, padahal bau surga bisa tercium dari jarak demikian & demikian. [HR. Muslim Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Naudzubillah kan?
3. No Tabarruj
Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan anggota tubuh untuk menarik perhatian laki-laki non mahram. Misalnya wanita zaman sekarang yang berhijab tapi masih menampakkan lekuk tubuhnya. Padahal di surat Al-Ahzab 59 sama surat An-Nur 31 udah jelas kalau berhijab itu longgar dari atas sampai bawah.
3. Jilbab diulur, bukan dililit atau diputer-puter biar modis gitu. Jangan ngabisin waktu cuman buat nge-match dan nge-mixkerudungnya. Simple is beautiful.
4. Pakaian bisa berupa gamis atau 2 potong (atasan dan rok), asal tidak membentuk lekuk tubuh.
5. Kaki juga termasuk aurat ukhties, yuk dijaga kakinya. Pakai jaurah atau kaos kaki.
Kalau menurut saya (yang masih dangkal banget ilmunya) berhijab yang seperti dibawah ini InshaaAllah sudah memenuhi syarat secara garis besar. Kalau punya ustadz tolong ditanyain lagi ya, secara saya masih dangkal banget ilmunya. Jangan pernah takut dikatain kuno. Kita hamba Allah. Tugas kita kan ‘amar ma’ruf nahi mungkarRight?


Wait, apa sih sebenarnya tujuan kita berhijab?
Kalau tujuan kita hanya mengikuti trend saja, kalian akan rugi. Kalau tujuannya karena Allah, pasti kita tidak akan punya alasan untuk melaksanakan perintah serta menjauhi segala larangan-Nya.
Bismillah, awali dengan niat yang baik. Mari sama-sama belajar cantik dimata Allah. Maafkan masih banyak yang kurang :’)

HIJAB PANJANG dan PENGAJIAN

Memberanikan menulis ini setelah banyaknya teman-teman yang menanyakan tentang hal ini, mungkin pertanyaan itu juga mewakili pemikiran orang-orang kebanyakan.
Hijabnya Panjang dan Besar, ikut aliran pengajian mana?
Jawaban ini tentang pendapat personal ya, pemikiran aku sendiri.
Allah telah mempercayakan rohku untuk menempati raga seindah ini, karena Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Dan aku perempuan, menurutku semua bagian-bagian bahkan yang terkecilpun dari kami itu indah, memang masing-masing dari kami dianugerahi ukuran yang berbeda-beda. Meskipun pemahamanku telat tentang ini, tapi aku sadar perempuan mau ditutup rapi seperti berhijab panjang dan longgarpun tetap saja beberapa bentuk kami terbaca, bukan terlihat ya Apalagi yang belum tertutup secara rapi? Karena Allah menciptakan banyaknya lekukan pada raga kami.
Dan yang tau seberapa keindahan, kemulusan, kelekukan yang indah itu yaa diri kami sendiri pemiliknya, dan mungkin keluarga terdekat seperti suami, anak, orang tua, adik, kakak, nenek saja yang tau karena tinggal serumah. Jadi tentu yang paling tahu pakaian mana yang mampu menutupi semua keindahan itu ya diri sendiri. Ada yang hanya butuh beberapa centimeter lebar dan panjangnya saja sudah mampu menutup dan ada beberapa perempuan yang butuh kain extra untuk menyembunyikan ukuran aslinya. Karena kami dilahirkan dengan masing-masing ukuran.
Jadi perempuan manapun yang merasa dirinya diberi amanah raga yang indah itu pasti sangat menyayangi, menjaga, dan merawatnya dengan baik. Salah satunya adalah kami menghijabi jasmani ini dengan hijab dan jilbab yang panjang dan longgar.
Perintahnya ada kok di Al-Quran
Terjemahan Al-Ahzab ayat 59
Wahai Nabi ! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan istri orang-orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang”.
Terjemahan An-Nur ayat 31
Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka………………………………………………………….”
Jadi memakai hijab panjang menutup dada dan belakang itu bukan atas ikut-ikutan suatu pengajian, partai, organisasi, bahkan aliran mungkin. Perintah berhijab itu Allah sendiri yang bilang di Al-Quran. “Kain kerudung ke dadanya” itu kita bisa pakai khimar (segiempat)/bergo yang menutupi depan dan belakang bawah sedangkan “menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka” itu pakaian yang longgar dan panjang disebut gamis atau bisa pakai atasan baju panjang longgar dan rok yang lebar. Sami’na Waatho’na kami dengar dan kami taat, penggalan ayat tersebut ada di Al-Quran, setelah mengetahui perintah berhijab sebagai hambaNya yang ingin taat sudah pasti akan belajar mencoba berhijab. Awalnya sekedar membungkus setelah dipelajari lagi perlahan tapi pasti akan menutup secara kaffah. Bukan sami’na wa’ashoyna kami dengar dan kami mengingkari(tidak taat).
Ilmu itu luas sekali. Semakin dicari, semakin haus akan ilmu dan semakin sadar bahwa kita kurang sekali pengetahuan. Jadi ilmu itu bisa dicari di banyak pengajian, organisasi islam, pendidikan islam, dan belajar langsung dari kehidupan. Jadi tidak mentok di satu pengajian dan satu guru saja. Ilmunya dicerna dulu  tidak langsung dimakan mentah-mentahJadi mau mengaji dimana saja seharusnya pakaiannya seperti ini, karena pedoman kita sama itu Al-Quran. Setiap muslimah yang mengetahui mentadabburi dan meyakini kalam Allah diatas, tentu memantapkan diri untuk hijrah belajar berpakaian lebih tertutup lagi. Sudah tahu ya jalankan, suka gak suka dicoba dulu Allah pasti mampukan jalan-Nya. Yakinkan diri bahwa segala perintah dan larangannya adalah untuk kebaikan kita juga. Membantu kaum Adam untuk menjaga padangannya juga.
“Bagaimanapun setiap orang punya garis start perubahan yang berbeda, sehingga waktu untuk berprosesnya pun tak sama” (tweet teh @pewski on twitter).
Jadi semoga perempuan-perempuan yang belum menyadari kelalaian dalam berpakaian, Allah beri hidayahNya, karena hanya Allah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia Kehendaki. Mari sama-sama belajar dan  menjaga seindah-indahnya amanah yang Allah percayakan ini.  Wallahualam

Via sabaritucantik