Oleh: Nafani,
DID I love the right person?
Beberapa tahun yang lalu, aku tertegun saat membaca judul tulisan di atas.
Did I love the right person? Apakah aku mencintai orang yang tepat?
Rasa bingung, bertanya-tanya, mulai mengusikku. Bukan karena aku memiliki banyak pengalaman tentang hal klise tersebut, tapi justru aku bertanya, have I ever been in love? Pernahkah aku jatuh cinta? Itulah yang kupikirkan.
Seorang sahabatku pernah bertanya, “Kenapa ya seseorang mudah sekali bilang cinta pada orang lain, sedangkan sama yang di atas aja cintanya masih kurang. Shalat lima menit pun tak sampai, sedekah masih kurang”.
Nah lho?
Perkara cinta mencinta bukanlah hal yang tabu di masyarakat. Cinta itu sendiri adalah fitrah. Kalau cinta datang ya diterima saja. Terima, masukkan dalam hati, simpan baik-baik sampai waktunya tiba. Mencintai seseorang itu fitrah dari yang di atas. Tapi bukan berarti kita boleh mengumbarnya dari satu orang ke orang yang lain. Kalau yang ini gak cocok, ya langsung cari yang lain. Jadilah naracap, eh pacaran, jadi jurus untuk cari jodoh-jodohan.
Tak seperti itu tentunya.
Mencinta, tentulah boleh. Pada tempat dan waktu yang tepat. Tempatnya boleh di rumah, masjid, maupun KUA, waktunya ya setelah ijab kabul ….
Bagaimana dengan orang yang kita pilih? Apakah dia sudah tepat? Apakah dia yang benar-benar terbaik untuk kita? Jika ijab kabul sudah selesai, tentulah orang tersebut adalah destined person kita. Orang yang telah ditakdirkan untuk kita, jodoh kita.
Lah, kok ada kasus kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, bahkan sampai perceraian. Katanya jodoh … tapi ….
Kawan, masih ingatkah akan kata Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik (QS. 24: 26).
Jodoh kita ya orang yang setara imannya dan setara baiknya dengan kita. Jika kita menemui ketimpangan, mungkin iman dia sedang turun atau mungkin justru iman kita yang sedang turun. Tak perlu saling menyalahkan. Yang diperlukan tentunya introspeksi masing-masing diri.
Jika awalnya manis, mungkin akan terasa asam atau pun pahit nantinya. Tapi bukan tak mungkin untuk membuatnya manis kembali. Jika ada siklus ekonomi yang mengalami masa puncak, resesi, bahkan depresi, tapi jangan lupa masih ada masa pertumbuhan yang nantinya akan membawa pada masa puncak kembali, begitu juga dengan siklus kehidupan manusia.
Jaga komunikasi. Jaga iman. Dan senantiasalah berdoa pada-Nya, maka Dia pun akan memenuhi doa kita. “Berdoalah pada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu” (QS. 40: 60).
Dan kembali pada pertanyaan sebelumnya, have I ever been in love? Maka jawabannya dari sisi mana kita memandang kata cinta itu. Cinta tak hanya pada manusia. Ada cinta yang lebih utama. Lebih hakiki. Cinta pada Dia yang telah menciptakan kita. Cinta pada Dia yang sangat mencintai kita. Dan janganlah lupa dengan cinta seorang manusia mulia yang mencintai kita walaupun belum pernah bertemu dengan kita, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Jadi, sudahkah kita mencintai orang yang tepat?
No comments:
Post a Comment