Blogroll

Saturday, 12 March 2016

Dear my hijrah;


Dalam jalan hijrah yang aku pilih; selalu ada pilihan tuk bergegas maju atau mundur sejenak. Sebab diantara paradoks ragu dan pasti, kita harus berani memilih memperjuangkan atau merelakan; menerima atau melepaskan.
Dalam jalan hijrah yang aku pilih; kita mencoba menyapa tiap luahan cinta dengan kebaikan atau keburukan. Sebab dalam sebait aku dan kau, ada hadiah terindah dalam rindu dan suka yang bergejolak; doa misalnya.

Dalam jalan hijrah yang aku pilih; kita mendekapkan ukhuwah seperti sepatu yang kita pakai, yang tiap kaki memiliki ukurannya. Memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti. Memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan. Kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi; berkecukupan.
Dalam jalan hijrah yang aku pilih; setiap manusia tetaplah menjadi dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya. Sebab diantara takaran-takaran yang tak serupa, tugas kita adalah mengukur orang dengan pakaian mereka sendiri, bukan pakaian milik tokoh lain; apalagi kita.
Dalam jalan hijrah yang aku pilih; kita selalu menggelorakan amal shalih dalam kebertakjuban. Mencemburui tiap keshalihan dan berupaya menjadikannya baju milik sendiri. Karena lillah, tidak ada orang yang terlalu jelek untuk memulai berbuat baik. Pun tidak ada orang yang terlalu 'perfect' tuk berhenti dari berkebaikan. Jangan pernah merasa cukup karena telah sampai, tapi selalu merasalah 'sedang menuju kesana'; membentangkan mimpi dan capaian.
Dalam jalan hijrah yang aku pilih; kita tak perlu bercemas akan jodoh dan rizki yang tlah diatur pasti dalam Lauful Mahfuznya. Sebab mau diambil dari jalan halal ataupun haram, dapatnya yang itu juga, dapatnya segitu juga. Yang beda rasa berkah dan bahagianya. Maka berbahagialah orang yang berhasil mengikis haram dari prosesnya, tetapi mampu menampakkan bekas berkahnya berupa akhlaq mulia dan sedekah terbaik pada sesama; menumbuhkan dan memakmurkan.
Dalam jalan hijrah yang aku pilih; kita tak mungkin bisa membuat manusia bumi tunduk dan suka seluruhnya. Selalu ada yang benci tiap islam disemarakkan; Abu Jahal misalnya. Selalu ada yang menentang tiap ketaatan dinasionalkan; Fir'aun contohnya. Maka hidup bukan untuk menuruti apa kata manusia, tapi apa kata Allah; Inilah hijrah yang memukau.
Salam,
Erwin P. Pratama

No comments:

Post a Comment