Blogroll

Friday, 25 March 2016

ROMANTIS

“We do not see for those who love one another anything like marriage”
Kakak pernah berbagi cerita tentang pengalaman uniknya berkunjung ke sebuah klinik pengobatan di Bandung beberapa taun lalu. Klinik itu berisi sekumpulan ahli pijat yang terampil meredakan cedera akibat berolahraga atau berkendara. Banyak pesepakbola, yang menjadikan tempat ini sebagai “bengkel” otot dan tulang.
Malam itu, kakak mengantar teman perempuannya untuk mengecek nyeri di bagian bahu sehabis terjatuh keras. Terapis yang sedang kebagian jaga bernama Kang Tatang. Ia generasi kedua dari sang pendiri klinik yang telah malang melintang puluhan taun di dunia pijat memijat. Dengan kepribadiannya yang ramah, laki-laki berkumis lebat itu mencairkan suasana tegang dengan obrolan penuh canda.
“A, Teteh ini pacarnya?” tegur Kang Tatang. “Iya, Kang” jawab kakak malu-malu. “Tau enggak siapa laki-laki paling romantis?” kembali ia bertanya. Kaget, kakak cuma bisa nyengir dan menjawab enggak. “Laki-laki paling romantis itu suami. Pas anak-istri pengen liburan nih, dia sadar kalau tabungannya enggak cukup. Banting tulanglah si suami sampai lembur di kantor berhari-hari. Lembur capek enggak? Capek. Pergi liburan? Capek juga. Tapi kebayar lunas sama anak-istri yang hepi walau pergi cuma dua hari dan besoknya kerja lagi. Romantis enggak?”.
Kagum dengan filosofi sederhananya, kakak tertegun. ”Sekarang, tau siapa perempuan paling romantis?”Kakak masih menggelengkan kepala. “Perempuan paling romantis itu istri. Waktu tau berangkat liburan akhirnya jadi, dia nih yang repot nyiapin tas, pakaian sampai makanan untuk semua. Nyiapin perlengkapan keluarga capek enggak? Capek. Pergi liburan? Capek juga. Tapi kebayar lunas sama anak-suami yang hepi walau pergi cuma dua hari dan besoknya harus ngurus baju kotor lagi. Romantis enggak?”.
Tanpa menyisakan sedikitpun jeda, topik berikutnya lalu digulirkan. ”Tau enggak siapa pemuda paling romantis?”. Lagi-lagi, kakak menunjukkan ketidaktahuannya. “Pemuda paling romantis tuh mereka yang semangat membangun diri dan ngabisin waktu dengan hal positif demi pasangan masa depan yang masih disimpen Tuhan. Bangun diri capek enggak? Capek. Nungguin? Capek juga. Tapi kebayar lunas sama hubungan yang barokah nanti. Romantis enggak?”
Dulu, saya gampang banget menyematkan kata “romantis” sama sepasang kekasih yang mengekspresikan asmara penuh gelora. Sayang, banyak diantara mereka yang romansanya berakhir seketika dan tak berlanjut ke jenjang rumah tangga.


Nyatanya, cerita romantis itu enggak pernah jauh dari jangkauan kita. Bentuknya bukan tulisan, gambar atau film yang ditaburi banyak pemanis buatan. Lihat kedua orang tua kita. Ibu, perempuan tulus yang mengelola urusan rumah supaya semua berjalan mulus. Bapak, pria pekerja keras yang pantang lelah menghidupi seisi rumah. Keduanya memegang peranan penting untuk membudidayakan kasih sayang keluarga dengan penuh tanggung jawab. Kepaduan mereka berdua mengalahkan adegan cinta di sinema manapun.
Kenapa masih mencari episode romantis yang diada-ada?
Saya takjub dengan kebiasaan seorang mentor yang selalu bersikap manis kepada istrinya di usia yang telah menginjak angka 60 taun lebih. Saat kami sedang berbincang santai di pelataran toko, istrinya menghampiri beliau selepas bepergian. Kontan, beliau mendaratkan bibirnya di tengah kening istrinya. Perempuan itu pun menimpali dengan mencium tangan kanan suaminya penuh rasa hormat. “Oh ya, Satria. Ini istri saya. Sudah pernah ketemu belum?” tanya beliau. “Sudah, Om. Taun lalu” jawab saya sambil tersenyum simpul.
“Menurut saya, tiga itu yang disebut romantis. Kasih bunga, kirim cokelat atau sayang-sayangan anak muda yang masih cinta monyet mah bohong. Kebawa sinetron. Kalau betulan sayang mah harusnya dinikahin. Nah, alhamdulillah. Beres nih!” tutup Kang Tatang sembari menyelesaikan ikatan perban di bahu teman perempuan kakak.
Maka, wujud lain dari kasih sayang-Nya adalah ditetapkannya pernikahan sebagai hubungan yang menyempurnakan separuh agama, melanggengkan kisah romantis sepanjang hidup sebagai suami-istri dan mendorong setiap kebersamaan yang terjadi sebagai ibadah saat dijalankan dengan penuh ketaatan kepada-Nya. Nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

satriamaulana

No comments:

Post a Comment