Jika kita mau, mungkin kita bisa menuliskan
jutaan kekecewaan yang kita alami setiap hari terhadap orang lain, terhadap
cuaca, bahkan terhadap dunia. Lalu mengunggahnya di berbagai akun media sosial,
mengirimnya ke berbagai surat kabar, dalam bentuk keluhan-keluhan. Agar semua
orang tahu bahwa kita kecewa.
Tapi, untuk apa? Apa itu membuat rasa kecewa
tersebut hilang? Apa itu membuat kita merasa lebih baik? Mungkin ya, rasa
kecewa kita hilang, dan ya, kita merasa lebih baik. Tapi, tahan berapa lama?
Yakin rasa kecewa itu tidak menumpuk dalam
‘celengan’ hati kita layaknya tabungan?
Hati
yang dibiarkan penuh oleh kekecewaan adalah hati yang sakit. Dan tak seorang
pun bisa bahagia jika hatinya sakit.
Mungkin kita pernah terluka, kita pernah
dibuat kecewa, kita pernah mengalami pengalaman-pengalaman buruk yang membuat
tidur kita tidak nyenyak, dan kita begitu membencinya. Lalu kita merasa
seharusnya dunia memahami kondisi kita, bukan malah memperburuk keadaan.
But
that’s life. Itulah hidup. Kita tidak bisa memesan semuanya semau kita.
Kita tidak bisa menolak dipertemukan dengan orang-orang dan kejadian-kejadian
yang membuat kita kecewa. Apa yang diberikan, harus diterima dan dijalani.
Kita tidak bisa mengubah dunia—sulit berharap
dunia dan seisinya akan selalu menyenangkan dan memuaskan kita, ya?—but we can change the way we perceive it. Ya, kita bisa mengubah cara kita memaknai dunia.
Jika dunia ini terasa sempit, mengapa tidak
kita buat agar hati kita lebih luas darinya? Sehingga apapun yang diberikannya
akan bisa kita terima dengan lapang.
Jika masalah-masalah terasa sangat besar,
mengapa tidak kita buat agar hati kita lebih besar darinya? Sehingga semua
masalah itu akan tampak kecil dan mudah.
Jika orang-orang seringkali membuat kita
kecewa, mengapa tidak kita buat agar hati kita mudah untuk memaafkan? Kan masih
ada kesempatan yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya?
Once
you feel disappointed, remember this :
Memelihara kecewa, benci, dan dendam itu
seperti kamu meminum racun dan kamu berharap racun itu bisa membunuh musuhmu.
Pada akhirnya bukan musuhmu yang akan mati,
melainkan diri kamu sendiri.
Biarkan mereka yang mengecewakan kita
menyelesaikan urusannya dengan Tuhannya, dan kita, kita juga memiliki urusan
lain yang lebih penting, kan?
Forgive
others, learn, be happy, be grateful. And see, we have a beautiful world
outside with so many dreams to
catch :)
“Pain
is inevitable. Suffering is optional.”
― Haruki Murakami
― Haruki Murakami
No comments:
Post a Comment