Blogroll

Sunday, 18 January 2015

Once You Feel Disappointed



Jika kita mau, mungkin kita bisa menuliskan jutaan kekecewaan yang kita alami setiap hari terhadap orang lain, terhadap cuaca, bahkan terhadap dunia. Lalu mengunggahnya di berbagai akun media sosial, mengirimnya ke berbagai surat kabar, dalam bentuk keluhan-keluhan. Agar semua orang tahu bahwa kita kecewa.
Tapi, untuk apa? Apa itu membuat rasa kecewa tersebut hilang? Apa itu membuat kita merasa lebih baik? Mungkin ya, rasa kecewa kita hilang, dan ya, kita merasa lebih baik. Tapi, tahan berapa lama?
Yakin rasa kecewa itu tidak menumpuk dalam ‘celengan’ hati kita layaknya tabungan?
Hati yang dibiarkan penuh oleh kekecewaan adalah hati yang sakit. Dan tak seorang pun bisa bahagia jika hatinya sakit.
Mungkin kita pernah terluka, kita pernah dibuat kecewa, kita pernah mengalami pengalaman-pengalaman buruk yang membuat tidur kita tidak nyenyak, dan kita begitu membencinya. Lalu kita merasa seharusnya dunia memahami kondisi kita, bukan malah memperburuk keadaan.
But that’s life. Itulah hidup. Kita tidak bisa memesan semuanya semau kita. Kita tidak bisa menolak dipertemukan dengan orang-orang dan kejadian-kejadian yang membuat kita kecewa. Apa yang diberikan, harus diterima dan dijalani.
Kita tidak bisa mengubah dunia—sulit berharap dunia dan seisinya akan selalu menyenangkan dan memuaskan kita, ya?—but we can change the way we perceive it. Ya, kita bisa mengubah cara kita memaknai dunia.
Jika dunia ini terasa sempit, mengapa tidak kita buat agar hati kita lebih luas darinya? Sehingga apapun yang diberikannya akan bisa kita terima dengan lapang.
Jika masalah-masalah terasa sangat besar, mengapa tidak kita buat agar hati kita lebih besar darinya? Sehingga semua masalah itu akan tampak kecil dan mudah.
Jika orang-orang seringkali membuat kita kecewa, mengapa tidak kita buat agar hati kita mudah untuk memaafkan? Kan masih ada kesempatan yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya?
Once you feel disappointed, remember this :
Memelihara kecewa, benci, dan dendam itu seperti kamu meminum racun dan kamu berharap racun itu bisa membunuh musuhmu.
Pada akhirnya bukan musuhmu yang akan mati, melainkan diri kamu sendiri.
Biarkan mereka yang mengecewakan kita menyelesaikan urusannya dengan Tuhannya, dan kita, kita juga memiliki urusan lain yang lebih penting, kan?
Forgive others, learn, be happy, be grateful. And see, we have a beautiful world outside with so many dreams to catch :)
“Pain is inevitable. Suffering is optional.” 
― Haruki Murakami

No comments:

Post a Comment