Narsis, kata yang sebenarnya bermakna buruk tapi seolah menjadi gelar mulia. Betapa tidak? Wanita maupun lelaki berlomba-lomba menyabet gelar tersebut lewat foto-foto dengan gaya yang ‘ehem, sedikit over’.
Biasanya sang “Putri atau Pangeran Narsis” ini menimpa anak-anak ALAY tapi kini merambah remaja-remaja yang ‘Paham Agama’.
Biasanya kita lihat remaja berlabel “Ikhwan” adalah mereka yang berjenggot dan bercelana cingkrang dengan pandangan yang dijaga, kini tak sedikit “Ikhwan” yang pandangan matanya liar, lisannya merambah setiap foto-foto remaja putri berlabel “Akhawat”.
Maka, yang harusnya seorang “Akhawat” itu menjaga dirinya, jaga auratnya, malunya sebagai pelindung, tapi pemandangan berkebalikan justru wara-wiri di media sosial, sebut saja FB, Twitter, Instagram, Path, BBM, dll.
Foto-foto narsis “Akhawat” pun seolah tanpa henti membungakan taman sosial dengan senyum manis, mata misterius di balik cadar, jemari lentik menutup wajah, siluet punggung, potongan badan bagian bawah, foto wajah dengan sunset atau sunrise kemudian elok rupa diblur, entah untuk apa semua ini?
Ikhwan dan Akhawat adalah istilah yang merebak di Indonesia dengan pergeseran makna, jika Ikhwan yang dari bahasa Arab bermakna laki-laki dan Akhawat bermakna perempuan, maka di Indonesia istilah ini dipinjam untuk membedakan mana lelaki dan wanita yang semangat ngaji dengan yang bukan.
Ikhwan dan Akhawat adalah mereka yang berupaya mengikuti jejak nabi dan generasi terbaik umat islam, menjadikannya sebagai ‘the way of life’ baik dalan prilaku maupun penampilan.
Namun apa daya, mereka hanyalah manusia biasa yang tidak kebal virus duniawi, di antaranya narsis dan lebay.
Memang tak ada jaminan bahwa seorang ikhwan atau akhawat lebih baik dari yang belum menjadi ikhwan atau akhawat, tapi apakah layak seseorang yang mengaku dirinya ikhwan dan akhawat doyan narsis dan lebay?
Namun apa daya, mereka hanyalah manusia biasa yang tidak kebal virus duniawi, di antaranya narsis dan lebay.
Memang tak ada jaminan bahwa seorang ikhwan atau akhawat lebih baik dari yang belum menjadi ikhwan atau akhawat, tapi apakah layak seseorang yang mengaku dirinya ikhwan dan akhawat doyan narsis dan lebay?
Narsis tak pernah lepas dari keinginan ‘be the center of attention’ alias ingin jadi pusat perhatian, ingin dikenal, dapat pujian, tebar pesona atau bahkan ingin jadi artis dunia maya(?)
Walaupun dia tak mengakui demikian tujuannya, tapi jika ia mau jujur ia akan membenarkan.
Walaupun dia tak mengakui demikian tujuannya, tapi jika ia mau jujur ia akan membenarkan.
Narsis? Mikir!!!❗
Coba deh kita berfikir kembali, sebenarnya apa tujuan foto-foto narsis kita di sosmed (sosial media)?
Pamer kecantikan? Dilirik banyak lelaki? Biar dianggap bunga sekolah/kampus? Biar dapat banyak ‘jempol/like’? Cepat dapat ikhwan keren?
Please throw away the silly mind!
Tolong, buang jauh-jauh pikiran itu!
Tolong, buang jauh-jauh pikiran itu!
Kalau ada ‘ikhwan lebay’ yang komen ‘duch cantiknya bidadari dunia ne’ atau gombalan alay lainnya, apa sih efeknya buat kamu?
Yang ada kamu justru lupa diri dan berakhir tragis dengan takabbur, riya’ dan sombong.
Yang ada kamu justru lupa diri dan berakhir tragis dengan takabbur, riya’ dan sombong.
"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi…"
(HR. Muslim, no.91)
(HR. Muslim, no.91)
Bukankah elok parasmu hanya layak dipamerkan kepada suamimu kelak? Apa gunanya diobral kepada lelaki-lelaki yang belum pasti jodohmu?
Ambil pelajaran juga dari mereka yang menjadi korban editan foto. Atasnya berpakaian syar’i tapi bawahnya syur. Ngeri kan???
Ambil pelajaran juga dari mereka yang menjadi korban editan foto. Atasnya berpakaian syar’i tapi bawahnya syur. Ngeri kan???
Ada pepatah, “Mencegah lebih baik dari pada mengobati”.
So, tunggu apalagi? Yuk hapus pose-posemu di media sosial.
Dakwah itu nggak perlu pakai pamer foto dirimu apalagi foto orang.
So, tunggu apalagi? Yuk hapus pose-posemu di media sosial.
Dakwah itu nggak perlu pakai pamer foto dirimu apalagi foto orang.
❔Siapa Salah?❓
Sebabnya foto narsis si Akhawat mengakibatkan feed back lebay si ikhwan. Selanjutnya terjadilah komunikasi-komunikasi yang melanggar ketentuan syariat islam.
Jika begini, siapa salah?
Ikhwan lebay yang tak bisa jaga pandangan?
Atau Akhawat narsis yang tak bisa menjaga diri?
Kedua-duanya salah!
Jika begini, siapa salah?
Ikhwan lebay yang tak bisa jaga pandangan?
Atau Akhawat narsis yang tak bisa menjaga diri?
Kedua-duanya salah!
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…"
(QS. An Nuur : 30)
(QS. An Nuur : 30)
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya…"
(QS. An Nuur : 31)
(QS. An Nuur : 31)
Kita sadar bahwa kita bukanlah ikhwan yang sempurna, masih sering tergoda paras cantik akhawat dunia maya.
Begitupun akhawat, kini kita sadar bahwa kita bukanlah akhawat yang suci, karena dengan mudah ternodai, terprovokasi gombalan pata ikhwan.
So, stop narsis dan lebay!!!
Rasanya tak perlulah narsis untuk eksis, lihatlah para ulama terdahulu, mereka tak pernah ingin dikenal namanya tapi sampai sekarang nama merela harum dengan karya mereka yang fenomenal!
Rasanya tak perlulah narsis untuk eksis, lihatlah para ulama terdahulu, mereka tak pernah ingin dikenal namanya tapi sampai sekarang nama merela harum dengan karya mereka yang fenomenal!
Jadilah ikhwan dan akhawat yang produktif, tanpa narsis sekalipun engkau eksis everywhere.
♻Eksis itu yang tak absen ikuti kajian.
♻Eksis itu yang tak kelolosan hafalan qur’annya.
♻Eksis itu yang woles hafal hadits.
♻Eksis itu yang tak kelolosan hafalan qur’annya.
♻Eksis itu yang woles hafal hadits.
Allaahua’lam
Semoga Bermanfaat.
No comments:
Post a Comment