“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Yunus: 57]
Sebagian orang malas membaca Al-Quran, padahal di dalamnya terdapat petunjuk hidup bagi manusia, baik bagi kehidupannya di dunia maupun di akhirat. Sebagian orang merasa tak memiliki waktu untuk membaca Al Quran, padahal di dalamnya terdapat pahala yang besar, yang dihitung kebaikan pada setiap hurufnya. Sebagian orang pun telah kebingungan mencari obat, baik bagi raga maupun jiwanya, padahal obat itu dekat. Ialah Al-Quran yang dibiarkan berdebu, tersimpan rapi di dalam almari-almari masjid.
“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Yunus: 57]
Membaca Al-Quran; Perdagangan yang Tidak Pernah Merugi
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” [QS. Fathir: 29-30]
Ibnu Katsir rahimahullah dalam menafsirkan ayat ini berkata, “Mutharrif bin Abdullah –salah seorang tab’in- jika membaca ayat ini beliau berkata, “Ini adalah ayat bagi orang-orang yang suka membaca Al-Quran.”
Di antara sebab mengakrabi Al-Quran adalah perdagangan yang tidak akan merugi adalah sebagai berikut:
- Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan, bahkan dilipat gandakan menjadi 10 kebaikan.
“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran, maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” [HR. Tirmidzi, dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’ no. 6469]
- Membaca Al-Quran adalah contoh amalan baik, dimana amalan kebaikan akan menghapuskan kesalahan.
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” [QS. Hud: 114]
- Setiap kali bertambah kuantitas bacaan, bertambah pula ganjaran pahala dari Allah.
“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam, maka dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” [HR. Ahmad, dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’ no. 6468]
- Membaca Al-Quran, bagaimanapun keadaannya (lancar maupun terbata-bata) adalah kebaikan
“Seorang yang lancar membaca Al-Quran akan bersama para malaikat yang mulia yang senantiasa staat kepada Allah. Adapun yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata dan merasa kesulitan atas bacaan tersebut, maka baginya dua pahala.” [HR. Muslim]
- Bacaan Al-Quran dapat menjadi syafa’at bagi pembacanya
“Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya.” [HR. Muslim]
Al-Quran dan Keindahan Tata Bahasa
Tidak ada kitab pegangan umat sepanjang sejarah yang kesucian dan kemurniannya senantiasa terjaga dari noda hitam tangan-tangan manusia fasik yang ingin menggubah keagungan kitab suci tersebut, melainkan Al-Quran. Hanya kitab ini yang cahayanya dari hari ke hari justru semakin kuat menyinari kegelapan hati yang tertutup oleh kebodohan, fanatisme, dan keangkuhan dari cahaya kebenaran. Al-Quran disebut mukjizat karena tidak mampu ditandingi oleh para ahli sastra dan ilmuwan untuk mendatangkan kitab tandingan yang mampu menyamai atau bahkan menyaingi derajat keindahan dan ketinggian bahasa Al-Quran. Al-Quran adalah kitab penyejuk kalbu bagi umat dari segala penyakit, baik yang menggerogoti jiwa maupun raga manusia.
Menyitir penjelasan Syaikh Ibnu Atiyyah tentang kesempurnaan tata bahasa Al-Quran, beliau mengatakan,
“Sisi terkuat Al-Quran adalah pada sistematika, keshahihan makna, dan kefasihan kosa katanya. Yang demikian itu karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Allah mengetahui kata mana yang tepat untuk menyertai kata pertama untuk merangkai makna demi makna dari awal hingga akhir. Manusia diciptakan dengan segala keterbatasan, kebodohan, sifat lupa, dan kelemahan ilmunya dalam segala ha. Sementara itu, sistematika Al-Quran datang dengan derajat estetika yang tinggi menjulang, sehingga tampak jelas kesalahan perkataan mereka, yaitu orang-orang Arab yang berupaya mendatangkan yang serupa dengan Al-Quran, namun kekuatan mereka dicabut sehingga mereka lemah tidak berdaya menandingi Al-Quran.
Sungguh, tidak ada satu pun yang mampu mendatangkan kitab tandingan. Jika Anda meyakini kelemahan mutlak manusia tanpa terkecuali dan melihat bagaimana orang fasih menyusun khutbah atau bait syair dengan sekuat tenaga, kemudian ia senantiasa memperbaiki bagian-bagiannya setahun penuh, kemudian Anda menyodorkannya pada yang lain dan ia pun masih mengoreksi dan memperbaiki, dan begitulah seterusnya. Adapun Al-Quran, perbedaannya sangat jauh dengan kreasi-kreasi sastra manusia. Jika Anda ingin membuang satu kata dari ayat-ayatnya dan menggantinya dengan kata lain, yakinlah Anda tidak akan menemukan kata lain yang lebih tepat darinya dilihat dari sistematika pemaknaan yang ada.”
Al-Quran; Fakta Medis dan Psikologis
Banyak ayat Al-Quran yang mengisyaratkan tentang pengobatan, karena bagaimana pun Al-Quran memang diturunkan Allah sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. Hal ini termaktub dalam sebuah ayat,
“Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang dzalim, selain kerugian.” [QS. Al-Isra’: 82]
Menurut hasil penelitian Al-Qadi di Florida Amerika Serikat yang dirilis oleh Malik Badri, membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan Al-Quran, seorang Muslim –baik yang mampu berbahasa Arab ataupun tidak- mampu merasakan perubahan fisiologis yang cukup besar. Perubahan fisiologis itu antara lain seperti penurunan depresi, kesedihan, bahkan dapat menimbulkan rasa tenang dan meningkatkan sistem imun (daya tahan) tubuh. Penelitian Qadi ini dilakukan dengan bantuan peralatan elektronik mutakhir untuk mendeteksi detak jantung, ketahanan otot dan kulit terhadap aliran listrik. Hasilnya menunjukkan bahwa Al-Quran berpengaruh hingga sebesar 97% dalam memberikan efek ketenangan dan penyembuhan penyakit.
Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian serupa yang dilakukan oleh Muhammad Salim yang telah dipublikasikan oleh Universitas Boston. Obyek penelitian Salim adalah lima orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan dua wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab. Mereka juga tidak diberi tahu jika yang akan diperdengarkan kepadanya adalah Al-Quran. Penelitian ini dilakukan sebanyak 210 kali yang terbagi dalam 2 perlakuan, yaitu membacakan Al-Quran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Quran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden mendapatkan ketenangan hingga 65% ketika diperdengarkan bacaan Al-Quran, dan hanya 35% ketika diperdengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Quran.
Pengaruh yang serupa juga ditunjukkan pada janin dan bayi yang diperdengarkan Al-Quran. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar “Konseling dan Psikoterapi Islam” pada tahun 1997, beliau memaparkan bahwa bayi berusia 48 jam yang diperdengarkan bacaan Al-Quran menunjukkan respon tersenyum dan kondisi psikis yang lebih tenang.
Tidak dipungkiri lagi bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang berisi nasihat, kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, serta berita ancaman bagi mereka yang ingkar. Oleh sebab itu, di dalamnya terdapat selaksa kalimat-kalimat baik yang dalam istilah Al-Quran sendiri disebut ahsan al-hadits. Kalimat-kalimat yang penuh kebaikan tersebut dapat memberikan efek autosugesti yang positif bagi manusia. Autosugesti positif dapat menimbulkan rasa tenang dan dorongan positif untuk melakukan hal-hal baik.
Indahnya mengakrabi Al-Quran, baik dengan membaca, mentadabburi, serta mengamalkan apa-apa yang ada di dalamnya. Benar-benar bukan sekedar “surat cinta”, kan? Semoga kita mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah karena mengakrabinya. Maa syaa Allaah…
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al-Quran dan akan merendahkan kaum yang lain dengannya pula.” [HR. Muslim]
Maroji’:
Ramadhani, Ega Zainur dr. Super Health: Gaya Hidup Sehat Rasulullah. Yogyakarta: Pro-U Media. 2007.
Note: Artikel ini pernah dimuat di Majalah Kesehatan Ash-Shihah Edisi Juli 2014