Memaafkan
memang bukan hal yang mudah, terlebih bila yang melukai tak menyadari salahnya
(seakan dia tiada berbuat apa-apa tentang luka hati yang kian menganga).
Susah,
susah, susah, begitu yang selalu kau keluhkan bila sakit itu kembali mendera.
Angan tentangnya, harapan-harapan akan dirinya yang masih betah berlindung di
balik tipu senyuman, semakin hari, semakin menggerogoti kenyamanan hidupmu.
Andai
setiap orang piawai memaafkan, andai setiap insan mau selalu melapangkan hati,
andai semua orang benar-benar percaya, bahwa tiada yang lebih luka dari lupa
tujuan hidup yang sebenarnya. Bila begitu, barangkali tiada lagi yang merana
bertahun-tahun meratapi luka yang sama.
Hati ini manusiawi, otak ini manusiawi, raga ini manusiawi, dan begitulah terus mencari pembenaran untuk setiap tindakan yang tak semestinya. Ah, andai kita selalu benar-benar memeluk-Nya bila luka itu kembali menghantam. Andai kita bergegas melepas sesal dan kembali percaya hanya kepada-Nya, niscaya tiada lagi yang menghabiskan waktu terlalu lama untuk hal-hal yang tidak perlu.
Hati ini manusiawi, otak ini manusiawi, raga ini manusiawi, dan begitulah terus mencari pembenaran untuk setiap tindakan yang tak semestinya. Ah, andai kita selalu benar-benar memeluk-Nya bila luka itu kembali menghantam. Andai kita bergegas melepas sesal dan kembali percaya hanya kepada-Nya, niscaya tiada lagi yang menghabiskan waktu terlalu lama untuk hal-hal yang tidak perlu.
Tentunya,
luka hati susah sembuhnya, karena kemampuan memaafkan kita masih teramat
rendah.
Susah, itu susah, aku sudah berkali mencobanya.
Coba lagi,
pelan-pelan, kembalilah pada yang sebenar-benarnya benar. Tidak ada yang lebih
sederhana dari pada terus menyandarkan hati pada-Nya, tapi kita justru lebih
sering mencari ke mana-mana. Padahal DIA tiada sedikit pun lalai menunggu
kembalinya kita.
Aku tak bisa, sulit, sangat sulit, oh, bukankah ini manusiawi? Begitu kembali desahnya menggema pada pekat
gulita. Ia kembali tersungkur, terkubur semakin dalam pada sulitnya memaafkan.
Tidak ada
yang lain selain terus mengupayakan. Belajar, belajar dan terus belajar,
begitulah kiranya hingga hati kita piawai mendermakan maaf.
belajarlah untuk tidak mengulangi kesalahan itu kembali.
tuhan masih bersamamu.
belajarlah untuk tidak mengulangi kesalahan itu kembali.
tuhan masih bersamamu.
Susah,
susah, susah, begitu kembali gerutunya pada nestapa, dan sampai ajal tiba, luka
itu akan tetap menganga. Selamat menikmatinya. :)
No comments:
Post a Comment