Kekuatan selalu ada saat kita ikhlas. Saat kita dipandang sebelah mata oleh teman dan lingkungan sekitar, saat kita merasa diasingkan, saat kita dikritik habis-habisan, saat kita ditolak oleh perusahaan atau seseorang misalnya, sesungguhnya saat itu kita sedang menjalani cara menjadi diri yang mengerti. Karena belajar itu bukan hanya dari buku-buku tetapi juga bisa dari kehidupan. Belajar sesuatu dari setiap masalah yang dihadapi, sesungguhnya setiap kali selesai disakiti itu adalah ajang terbaik untuk bertambah mengerti.
Proses pematangan diri memang tidak enak. Tetapi bila sudah matang, hidup benar-benar terasa enteng karena kebijaksanaan terbukti sangat memudahkan hidup. Orang yang bijaksana tidak akan pernah sakit hati sebab dia mengerti. Kemampuan dirimu dalam menerima kenyataan adalah satu satu indikator dari pengertianmu.
Terus, bagaimana cara kita memaknai kekecewaan ?
Jujur.. setelah dipikir-pikir, sebetulnya kita tidak pernah kecewa kepada siapa pun. Kita hanya kecewa pada harapan yang kita bangun sendiri terhadap orang itu. Kecewa adalah perasaan ketika kita belum ikhlas, belum tulus dan belum kuat menerima kenyataan yang tidak enak. Kekecewaan pada orang lain adalah ilusi karena tidak mengerti landasan orang lain melakukan hal yang kita anggap mengecewakan itu.
Bagaimana dengan penolakan ?
Saat kita ditolak ingatlah masih banyak sekali orang yang tahu betapa berharganya diri kita. Selalu ingatlah bahwa penolakan itu harus terjadi. Mengapa begitu ? karena kita tidak bisa menyalahkan orang yang menolak kita karena dia hanya dipakai Tuhan untuk menolak kita. Karena kalau tidak lewat dia atau siapapun nantinya juga akan tetap lewat orang lain. Jadi jangan sebel dan kesel ya :)
Yang perlu diperhatikan adalah tujuannya. Tujuan dari adanya penolakan tersebut. Mungkin hal tersebut datang agar kita bisa menjadi pribadi yang matang, karena mungkin juga suatu saat kita akan dipakai Tuhan untuk menolak orang lain dan untuk membentuk orang lain. So kita harus punya mindset atau pemikiran yang benar ya tentang penolakan. Semakin ditolak justru semakin bersyukur.
Bagaimana dengan kritik ? Sakitkah ?
Sakit hati adalah ilusi dari ketidakmengertian. Sungguh, kesiapan mental untuk menerima kritik menentukan seberapa kuat kita dalam menjalani hidup ini. Tujuannya untuk menyampaikan upaya perbaikan kepada seseorang. Pada akhirnya kritik tidak boleh menyentuh kebahagiaan dan kesuksesan kita secara negatif. Kita harus punya kemampuan untuk membungkus ulang rasa “pedas” dan “sakit” menjadi suatu masukan yang membangun. Ingat, orang besar adalah orang yang sanggup berterima kasih kepada pengkritiknya.
Bagaimana dengan hinaan ?
tenang, takdirmu Sukses, ini sudah hukum alam (menurutku). Titik kesadaran membuat semua “rasa” menjadi terevaluasi. Dulu saat kita kecewa terhadap seseorang bisa saja hari ini kita justru berterima kasih kepada orang tersebut.
Bahwa kita sedang diproses, sedang diproses atau akan diproses oleh Tuhan adalah sesuatu yang pasti. Kita tidak dapat menolak atau mengelak dari “blueprint” ini. Jangan merasa tidak nyaman dengan orang-orang yang sengaja dipinjam Tuhan untuk menjadi alat atau faktor pengubah atau pemproses kehidupan kita. Bila kita membenci mereka sama saja seperti membenci proses pembentukan yang kan menyempurnakan kita.
Jadi jangan lari.. mari nikmati proses kehidupan ini :)
Via (Ikrom Islami Ardiawan)
No comments:
Post a Comment