Kisah seorang pemuda yang sedang tertimpa berbagai masalah, sehingga menjadikannya putus asa. Seharian dia duduk termenung meratapi kesedihannya.Tidak jauh dari situ ada seorang kekek tua yang memerhatikan pemuda yang dalam kesedihan itu.
Dan kakek itu menghampiri pemuda itu dan berkata “anak muda apa yang sedang kamu pikirkan sehingga membuatkan kamu menjadi lemah dalam kesedihan?”
Pemuda itu menjawab “Apa Kakek peduli! Kakek tidak akan mungkin dapat merasakan apa yang saya alami saat ini…!”
Dengan sabar Kakek itu berkata “Nak… memang saya tidak dapat merasakan beratnya beban yang ada dalam hati dan pikiran kamu, tetapi saya hanya ingin menjemput kamu untuk minum bersama di rumah kakek… ayo nak?”
Tanpa membantah pemuda itu pun mengikuti Kakek tersebut.
Sesampainya di rumah, orang tua itu membawakan segelas kopi panas dan diberikan kepada pemuda tadi “silakan minum..” kata orang tua itu.
Dan tanpa segan silu lagi pemuda itu meminumnya dan setelah meminum kopi tadi pemuda itu berkata dengan marah “cuah….pahit sekali kopi ini, apa maksud kakek?!”
Orang tua itu hanya tersenyum “sekarang bawa kopi pahit yang kamu minum tadi setelah itu campurlah kopi itu dengan air danau yang ada di belakang rumah kakek ini” perkataan kakek tersebut.
Semakin tidak mengerti pemuda itu tetapi dia menuruti perintah kakek itu.
Kemudian orang tua itu berkata “sekarang kamu minum air danau itu yang telah kamu campur kopi pahit itu”
“Masih berasa pahitkah air yang kamu minum ?” kata kakek itu lagi.
“tidak …. yang ada hanya rasa tawar” jawab pemuda
Dengan tanda tanya ” apa maksud dari semua ini” kata pemuda itu lagi.
Dengan tersenyum, Kakek itu memberikan penjelasan:
” Jika hati kita seperti cangkir maka kita tidak akan pernah boleh menerima kenyataan dan masalah hidup yang datang silah berganti,sebab ukuran cangkir untuk menerima sesuatu itu adalah terbatas. Kadangkala pahit dan kadangkala pula manis.
Akan tetapi kalau mempunyai hati yang luas seperti danau, kita akan selalu menerima kenyataan yang kadangkala pahit dan menyakitkan dengan berlapang dada.. Kepahitan sesuatu masalah tidak akan merusakkan hidup kita..”
Secara teori memang senang untuk menjadikan hati yang luas yang selalu menerima apa adanya tetapi dalam kehidupan yang sebenarnya sangatlah sukar. Walaupun begitu kita perlu berusaha untuk belajar agar diri kita terlatih dalam menghadapi masalah kehidupan. Semoga kita di beri keluasan hati oleh Allah bukan hati yang sempit seperti cawan, tetapi lebih dari itu.
No comments:
Post a Comment