Takut? Khawatir? Kecewa? Mungkin itu hal-hal yang sering kita pikirkan dan mungkin pernah terjadi dalam kehidupan kita. Iya, tepatnya ketika kita mengharapkan sesuatu hal yang ingin kita raih dan capai. Ada banyak hal yang mungkin kita perjuangkan, ada banyak cerita yang mungkin dicita-citakan. Ada banyak pula suka dan duka yang mewarnai. Entah berupa senyuman maupun airmata.
Pengharapan kita pada sesuatu hal, lakukanlah dengan semampu kita. Lakukan selama itu adalah untuk niat yang baik, untuk kebaikan. Ikhtiarkan dengan sebaik-baik ikhtiar dalam rangkaian-rangkaian doa dan usaha yang berterusan. Lalu, bertawakallah. Bertawakal dalam makna yang bukan berarti menyerah ataupun berputus asa.
“Fa idza ‘azamta fawakkal ‘alaihi innallaha yuhibbul mutawakkilin” (QS. Ali ‘Imran: 159)
Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakkallah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya. Dalam hal ini, mengandung makna dimana hidup dan mati kita adalah milikNya. Maka bertawakkal kepada Allah atas segala pengharapan ikhitar kita sangat kita perlukan, agar hati kita lapang dan tenang.
“Law annakum tawakkaluna ‘alaihi haqqa tawakkulihi larazaqum yarququ ath-tayra taghdu khishashan wa taruhu bithanan.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah)
Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT. dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT.), sebagaimana seekor burung diberi rezeki, dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.
Maka dalam pengharapan terbaik, kita seyogyanya bertawakal setelah berusaha. Seperti halnya potongan hadist diatas yang dimaksudkan bahwa ibarat seekor burung yang keluar untuk mencari makan dan kemudian kembali dengan perut yang kenyang, tentu kekenyangan yang diperoleh burung tersebut dari usaha serta jerih payahnya dan hasil tersebut adalah bentuk ketawakkalannya akan keputusan Allah.
Dan pada akhirnya, pada hasil tawakkal kita atas ikhtiar kita. Kita ikhlaslah, ikhlas dalam makna yang bukan berarti menyerah ataupun berputus asa. Namun, menyerahkan hasil atas ikhtiar dan tawakkal kita kepada Sang Maha Pemilik kita. Dengan mempercayai bahwa apapun hasilnya terlepas baik ataupun buruknya, selalu Allah selipkan hikmah. Sungguh hanya Allah yang Maha Mengetahui apa-apa yang terbaik bagi hambanya.
“Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi laa haula wa laa quwwata illaa billah.”
Dengan nama Allah, aku serahkan semuanya kepada Allah, sebab tiada daya dan upaya kecuali atas pertolonganNya.
Pada pengharapan terbaik, berdoalah atas apa pun keputasanNya, apapun hasilnya adalah semoga yang terbaik bagi kita.
Bogor, 7 April 2016
Fikratus Sofa Muzakkiya
No comments:
Post a Comment