“Bermimpilah setinggi mungkin, karena
mimpi itu gratis. Biarkan pensil anda menuliskannya di selembar kertas, dan
serahkan kepada Tuhan untuk menebalkan mimpi itu, agar suatu saat ia menjadi
nyata.” -Anies Baswedan-
Sebuah pesan sederhana yang membangkitkan semangat saya di suatu siang
menjelang sore pada Hari Pahlawan beberapa waktu lalu berasal dari Bapak
pendiri Gerakan Indonesia Mengajar, Anies Baswedan. Beliau memberikan pesan
tersebut di akhir pembicaraan teknologi yang dibuat oleh Alexander Graham Bell.
Memang, berkilo meter kami terpisah, tapi semangat yang disampaikan beliau
kepada pemuda Rote menjadi cambuk keras agar mereka berjuang untuk masa
depannya.
Aula yang
beratapkan daun lontar itu menjadi saksi atas 60 peserta Kemah Pemuda Rote yang
diadakan oleh Komunitas Anak Muda Rote Ndao (Kamu Rote Ndao) dan Pengajar Muda
6 Indonesia Mengajar. Tak pelak, acara yang dihelat selama dua hari, 9-10
November 2013 itu menjadi serangkaian tangan Tuhan yang mempertemukan kami
dengan anak muda berapi-api yang ingin mewujudkan mimpinya menjadi nyata. Kami
menjadi berarti, menjadi saksi bagaimana 5-10 tahun ke depan impian mereka yang
tergabung dalam kegiatan Kemah Pemuda Rote (KPR) ini akan tercapai.
Menyiapkan acara dalam kurun waktu ± 1 bulan bukanlah hal mudah, apalagi untuk
skala kabupaten. Beberapa media presentasi untuk kegiatan ini bahkan sulit
ditemui di Rote, saya dan Iwan, koordinator tim Rote Ndao, mencari majalah
bekas hingga ke Kupang. Tangan Tuhan memang baik, kami ditolong oleh Ibu Yona
dari Gramedia Kupang. Dua kardus berisikan majalah itu lah yang menjadi modal
60 pemuda Rote dalam membuat vision board mereka.
Persiapan lain yang serba mendadak bukan hanya terjadi pada bahan-bahan saja,
namun juga materi acara, makanan, tempat, dan turbulensi kegiatan Pengajar Muda
(PM) dan kakak-kakak Kamu Rote Ndao masing-masing. Semua punya kegiatan
tersendiri, kami saja ketemu saat weekend, Sabtu dan Minggu dalam 1 bulan itu.
Bisa dibayangkan betapa hecticnya persiapan kami. Meski begitu, ikhwal dari
kegiatan ini adalah kepedulian kami terhadap masa depan pemuda Rote. Sincerity is the answer.
Keresahan hati kami adalah kepedulian kami. Kepedulian kami berasal dari
ketulusan hati. Ya, kami melihat bahwa Rote membutuhkan anak muda yang percaya
akan mimpi bagi dirinya sendiri dan daerahnya. Kami sempat berdiskusi beberapa
kali, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak muda Rote, apa potensi yang ada
pada diri mereka untuk digali, apa yang harus mereka miliki ke depannya agar
hidup mereka lebih baik dari sekarang. Kami pun menemukan jawabannya. DREAM.
“If you can dream it, you can do it.” Kalimat sakti dari
Walt Disney ini benar adanya. Jika kita bisa bermimpi, tentu saja kita bisa
mewujudkannya. Lalu, bagaimana menimbulkan mimpi dari diri mereka? Motivasi.
Serangkaian acara sebelum masuk ke ranah vision board, peserta diajak untuk
melihat proses hidup manusia. Mereka dimotivasi dengan materi yang diberikan
oleh Rizqie, PM yang ditempatkan di Oeseli. Setelah itu, materi vision board
saya bawakan sambil membawa vision board yang telah saya buat.
Kemudian
mereka diajak untuk membuat vision board sendiri, dengan karton, majalah bekas,
lem, gunting, dan spidol warna-warni. Mereka berkreativitas, menggali cita-cita.
Tampak raut wajah antusias bagi mereka yang baru pertama kali membuat vision
board. Sungguh, saya terharu melihatnya. Apalagi ketika saya berbincang-bincang
dengan beberapa anak muda, baik di kelompok saya atau kelompok lain. Rata-rata
mereka sudah memiliki cita-cita, namun terhambat dengan dorongan dari dalam
diri dan luar. Mereka mengaku termotivasi untuk mendapatkan impian di masa
depan. Keliling dunia, menjadi polwan, pemain sepak bola, guru, perawat, kuliah
di luar Rote, ahli komputer, hingga Bupati Rote Ndao adalah cita-cita mereka.
See? Mereka tidak
kekurangan stok mimpi. Dengan vision board, mereka justru terdorong untuk
meraih mimpi mereka secepat mungkin dengan menggunakan prinsip SMART (specific,
measurable, attainable, realistic, dan timebound). Kami meminta mereka untuk
menempelkan vision board itu di dinding kamar mereka. Jadi, setiap mereka
bangun pagi mereka melihat vision board tersebut, dan tertanam dalam alam bawah
sadar mereka agar mereka rajin belajar, berusaha, dan berdoa, dengan tujuan apa
yang mereka tulis di vision board itu menjadi nyata. Hasilnya? Vision board itu
sangat kreatif mereka buat. Aktivitas ini bukan cuma menggunting dan menempel
saja, namun juga aktivitas yang membuat mereka lebih kreatif dalam meraih
cita-cita.
Vision board
selesai, lantas apalagi? Pemuda Rote disuguhkan materi tentang Local Heroes.
Pahlawan lokal ini dibawakan oleh Kamu Rote Ndao dan Klub Sepak Bola Rote
‘Bintang Mandiri’. Masing-masing pembicara mengemukakan ide dan harapannya
untuk Rote. Mereka adalah bukti nyata bahwa negeri ini punya stok anak muda
kreatif yang memiliki harapan besar untuk Indonesia. Orang lokal inilah yang
akan membawa Rote lebih baik bersama masyarakatnya, dan kami percaya itu.
Pada malam
menjelang Hari Pahlawan itu juga, ada materi Renungan Kepahlawanan yang tidak
biasa. Deklamasi puisi oleh Ice dan Rizqie, serta nyanyian lagu oleh Kak Tiva
dan saya, menjadi bagian acara tersebut. Acara disetting agar peserta fokus,
diam, dan tidak ada suara. Mereka diajak untuk khusyuk berpikir, apa yang telah
mereka lakukan untuk Indonesia? Sebatas mana mereka berjuang untuk bermimpi dan
berkarya bagi diri sendiri dan daerahnya? Menjadi pemuda penerus bangsa atau
perusak bangsa? Kira-kira itulah yang ingin disampaikan. Di akhir acara malam
itu, kami berharap mereka semakin termotivasi dan secara nyata berkontribusi
bagi Rote di masa depan.
Penutupan acara di
hari minggunya dimulai dengan ibadah minggu dan olahraga pagi. Kebersamaan
diuji secara berkelompok dengan permainan yang dikemas dalam outbond. Ice
memandu kami agar acara yang bertujuan untuk membangun kekompakan antar sesama
ini berjalan lancar. Saya kebagian pos bersama Kak Serwin dari Kamu Rote
Ndao. Beberapa tim yang kami wawancarai mengaku acara di minggu pagi itu semakin
membuat mereka tidak ingin menghentikan KPR. Hehe. Mereka ingin menambah hari.
Mereka menuliskan di kertas testimoni agar acara ini ditambah harinya, agar
mereka semakin banyak mendapat wawasan, agar menjadi pemuda Rote yang berguna,
agar impian mereka tercapai, agar mereka mengenal banyak teman dan pengalaman
baru, dan agar-agar lainnya.
Perhelatan kegiatan
ini ditunjang pula dengan permainan-permainan yang sarat akan makna. Mulai dari
tiup balon, membentuk bunga teratai + lampu merah + ojek, dan lainnya membuat
wajah bahagia terpancar. Saya melihat anak-anak muda ini haus akan kegiatan
seperti ini. Mereka membutuhkan acara yang membangkitkan motivasi untuk berani
bermimpi, bukan hanya berhenti disini, tapi berkelanjutan, seperti yang mereka
tulis di kertas testimoni. Permainan itu ditutup dengan pemilihan ketua
angkatan pertama KPR. Terpilihlah Sarliance Lette (Serly) sebagai ketua.
Perempuan yang bercita-cita sebagai polisi wanita ini punya cita-cita yang
besar untuk daerahnya. Tekad dan semangatnya membara. Pengharapannya tinggi,
namun tidak lupa rendah hati. Kelak ia akan memandu 59 teman-temannya dalam
merangkul mereka, merancang kegiatan, atau bahkan menjadi ajang sharing
pengalaman. Doakan semoga mereka menjadi pemuda harapan bangsa sejatinya.
Hampir satu bulan
acara KPR telah usai. Banyak kejadian yang kami syukuri. Bisa berbagi dengan
pemuda Rote, bisa bekerja sama dengan aktor lokal, dan memperkuat tim Rote
juga. Saya sendiri banyak belajar dari acara ini. Mengenal banyak orang dan
membuat acara di tempat yang bahkan saya baru pertama kali injakkan kaki,
adalah sesuatu anugerah yang patut disyukuri. Karena ini bukan soal
menginspirasi saja, namun juga justru saya lah yang terinspirasi agar lebih
baik.
Let’s see what will happen on 5-10
years later with Rote youths. Let Allah Swt gives them big dream, big hope, and
big motivation, to make their dream comes true. Dream, believe, and make it
happen!
oleh Bella moulina
No comments:
Post a Comment