Saat itu aku sedang mengajar di kelas dua, dan tepatnya sedang
belajar pelajaran kewarganegaraan. Saat itu aku mencoba mengajarkan anak-anak
ku tentang betapa besarnya negara kita, indonesia. Aku bertanya kepada siswa –
siswa ku, “siapa presiden kita anak-anak...siapa yang tahu?” mereka terdiam.
Lalu aku mencoba menjelaskan apa itu presiden. “Presiden itu adalah orang yang
mengatur sebuah negara, dia memimpin untuk bertanggung jawab mengelolah suatu
negara, lalu presiden itu......” belum aku selesai menjelaskan sebagian mereka
berteriak... “ Haji kambote pak.....iya haji kambote...haji kambote....haji
kambote” siswa –siswa ku menjawab. “siapa haji kambote?”...jawab ku. “ haji
kambote presiden pak,,,dia yang mengatur labuang kallo”. Begitulah komentar
mereka. Saat itu nama “haji kambote” adalah sosok yang selalu membuatku
penasaran dengan keberadaannya.
Tidak lama kejadian itu terjadi kembali, saat aku mengajarkan
pelajaran agama. Ketika aku bertanya kepada mereka; “siapa yang menciptakan
tanah dan air di labuang kallo?” mereka serentak menjawab : “haji kambote
paaaak”....lagi-lagi haji kambote, saya jadi sangat penasaran dengan sosok seseorang
yang bernama “haji kambote”. Sesosok yang selalu berada di pikiran siswa-siswa
ku. Sosok yang bahkan lebih dikenal di bandingkan oleh seorang Presiden
Republik ini dan juga bahkan pencipta tanah air di labuang kallo.
Kamis siang sekitar jam 14.00. siang itu seperti biasanya
aku menuju sekolah untuk mengajarkan ekstra kulikuer dengan siswaku,
namun ada sesuatu yang aneh yang tidak biasanya. Jalan –jalan di desa ini yang
berupa jembatan kayu sangat sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang seperti
biasanya. Tidak ada yang berjualan untuk menjajakan makanan, tidak ada anak –
anak yang keluar untuk bermain, padahal hari begitu cerah untuk keluar rumah.
Kemana orang – orang desa ini. Akhirnya aku sampai di sekolah, dan sesampainya
di sekolah ada salah satu guru yang berbicara kepada ku, “ pak cepat masuk,
haji kambote lagi mengamuk, anjingnya si “rambo” meninggal karena di racun”.
Belum sempat aku menjawab, tiba- tiba datanglah sosok besar dan suara yang
lantang dari ke jauhan sambil mengacungkan pistolnya ke udara. “siapa yang
membunuh ramboooo.....Mau makan peluru kah”. Aku baru sadar kenapa desa ini
sangat sepi, karena sang penakluk labuang kallo sedang murka, itu yang
terlintas di pikiranku.
Informasi yang ku dapat dari masyarakat, haji kambote pernah 2 kali
masuk penjara karena tindak kriminal membunuh seseorang, karena prestasinya
itu, semua orang segan terhadapnya. Ini di perkuat juga karena beliau adalah
ayah dari seorang kepala desa yang sangat menentukan semua kebijakan
pemerintahan di desa ini. Tapi, siapa yang menyangka di balik wajah nya yang
sangat beringas dan karakter yang kuat. Beliau adalah salah satu tokoh di desa
yang sangat peduli karena pendidikan. Beliau pernah berdiskusi denganku,
intinya beliau pernah berkata “ pak saya sangat menyesal kenapa saya dan anak
saya tidak sekolah, jadi saya tidak bisa menyalonkan menjadi dewan, karena itu
pak... saya mau cucu saya harus pintar, harus sekolah, cukup khai nya
(kakeknya) saja yang bodoh yang tidak sekolah... saya akan bantu apapun itu
asal demi pendidikan di desa ini pak... bilang sama saya pak kalo ada orang tua
yang jahat sama guru – guru, biar saya tembak dia” ternyata penampilan tidak
selalu cerminan hati.
Sekolah kami baru saja di bangunkan lapangan baru yang berukuran
25 x 35 meter persegi. Sebuah lapangan panggung yang terbuat dari kayu ulin.
Dan itu salah satu bukti ketegasan haji kambote, kenapa beliau lah yang dengan
lantang menyetujui pembangunan lapangan, ketika saya dan guru –guru mencoba
pengajuan pembangunan lapangan dalam forum penentuan anggaran penggunaan dana
desa. Beliau dengan lantang menyuarakan aspirasi sekolah, “kami siap
membangunkan nya pak, kita buat lapangan yang terluas yang ada di kecamatan
ini, kalo ada pihak yang kurang setuju, biar saya yang berhadapannya dengannya...”senyum
kemenanganpun menghiasi wajah kami. Dialah yang menyetir anaknya sebagai kepala
desa.
Tidak hanya itu, smp satu atap yang baru saja di dirikan di desa
ini juga, turut andil dari keberaniannya menghadap pemerintah daerah. Beliau
lah yang selalu membujuk aku untuk menghadap ke pak bupati, ketika aku
menemukan kebuntuan dalam advokasi pendidikan kepada kepala dinas pendidikan.
Maklum beliau adalah orang dekat pak bupati, jadi apa – apa selalu bupati.
Dengan modal tanda tangan seluruh warga yang menyetujui pembangunan SMP di desa
ini, saya, kepala sekolah dan kepala desa yang tentunya di dampingi haji
kambote yang layaknya seperti body guard menemui kepala dinas pendidikan. Di
dalam diskusi kami, lagi – lagi haji kambote mengeluarkan kelantangannya. “pak
kepala dinas, desa kami ini di pulau kecil yang terpisahkan lautan, jikalau
harus ke kecamatan harus 1, 5 jam menyebrang, dan taruhan nya nyawa jika musim
angin laut besar, yang kami minta bukan untuk pembangunan pasar atau tempat
perjudian. Yang kami minta hanya pembangunan smp agar anak – anak kami tidak
putus sekolah pak, kami juga ingin melihat anak-anak nelayan pintar dan
berhasil”. Tanpa jeda pak haji kambote menghujani kepala dinas pendidikan,
akhirnya sekolah SMP satu atap pun berhasil di dirikan di desa labuang kallo.
Haji kambote sang penakluk labuang kallo, tidak salah kenapa
engkau sangat di segani warga desa, bahkan anak – anak disini menempatkan mu
lebih dari seorang presiden. Tidak salah kalau nama mu lah yang selalu ada
dalam pikiran siswa – siswa ku. Sosok seorang mantan napi dan kriminalitas yang
bahkan lebih dekat dan peduli dengan pendidikan.