Blogroll

Monday, 16 September 2013

Melepaskan Bukan Akhir Dunia

Kenapa kita menutup mata
ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT...
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan...
Ada orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan

Tapi ingatlah...!!!
melepaskan BUKAN akhir dari dunia...
melainkan awal suatu kehidupan baru...
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,
Mereka yang tersakiti,
mereka yang telah mencari...
dan mereka yang telah mencoba...
Karena MEREKALAH yang bisa menghargai
betapa pentingnya orang yang telah
menyentuh kehidupan mereka...

Air Mata Seorang sahabat

dulu.,kita selalu seirama dalam nada.. 
satu dalam langkah.. 
bahagia dalam tangis.. 
merangkul saat ku terinjak.. 
kini.. tangis., tawa,, adalah bingkai 
kenangan kita.. 
tertatih.. merintih.. 
dalam rindu yang terlarang.. 
kebisuan menjadi raja saat ini,, 
adakah disana kau tau..? 
seorang sahabat dalam nyanyian 
tangis.. 
mencoba memanggilmu.. ? 
dalam hembusan angin yang gersang., 
yang sulit merasuk ke hatimu yang 
lembut itu,.. 
masih ingatkah..kau..? 
nada nada yang pernah ku nyanyikan 
saat dunia berpaling darimu.. 
hanya satu kata untukmu.. 
“aku selalu ada untukmu”

Friday, 6 September 2013

Secepat itu, cinta mu mengubah rasa?


Cinta ini berkelana di jarak yang membentang. Menapak rindu dalam jerat hati yang membisu.
Mengingat mu… dan untuk berapa lama menanti senyum manis di bibir mu hadir. Aku tertatap diam. Kini semua telah berlalu ditaburan keluh tanpa jejak.  
Kisah cinta itu kadang hadir menyapa jiwa, mendendang dalam alun kesepian hidup. Aku mencoba membuka hati, namun serpihan angin hadir membawa kabar: Kau tak lagi ingin bertaut kasih.
Semua rasa cinta tak bersenyawa di jiwa ini, gersang menggelap di gulita hati. Bersama malam, renung memberi ku ingat bahwa, tak mesti jalan hidup tertutup kelam. Tapi, aku tak sanggup untuk menghindar.
"Kadang di jarak rindu yang membujur, kelana mengalur cerita, mengingat mu..."       
Suram menerpa di ujung rasa, menyulam galau tanpa pengertian untuk berhenti mengingat mu. Jujur di hati ini bertutur, ada rindu yang mencampak. Dan kau adalah pemicunya.
Pupus, redup dan membeku spirit jiwa. Entah harus berkelana di hati mana untuk mengais rindu yang berbeda. Tak sanggup menggantikan diri mu.
Kadang di jarak rindu yang membujur, kelana mengalur cerita, mengingat mu. Hanya sebatas itu rasa rindu beraduk kenangan tentang mu, mencampak di benak. Berangsur menepi dalam alun ilusi. Jauh dari kenyataan tentang kau dan aku.
Secepat itu, cinta mu mengubah rasa…?

Menyulam Rindu di hati yang rapuh


Nyala cinta kian redup di pojok hati. Gelap dalam merana berselimut duka. Serpihan kabut mengepung dilingkar angan. Hidup masih menerpa dikesendirian.
Jika rindu kembali hadir, aku akan tersenyum menyambut mu. Menggenggam lembut tangan mu. Mendekap dan berbisik, “jangan untuk pernah meninggalkan diri ku…”.
Namun, selaras hati merindu di penantian tanpa jawab. Tenggelam dalam sepi, menjauh dari tawa, berteman tangis. Di heningnya malam jiwa membisu menatap kedip bintang.
"Cinta telah menjauh dari tautan harap, berdiam tanpa artikulasi..."
Cinta telah menjauh dari tautan harap, berdiam tanpa artikulasi. Mencoba memaknai rasa yang melilit di hati ini, tapi suram berliku tanpa hikmah. Sinar mata meneropong jauh, menelusuri jejak diri mu. Tak kunjung ku temukan.
Di sini, asap merindu pada angin. Agar terbang dan lenyap bersama ingat. Biar lupa hadir menghapus kenangan… pasrah !
Alunan suara biola Kitaro, menggesek lembut, menyobek hening. “Think of you”, hadir menyulam rindu di hati yang rapuh..